Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Trichol-8, Fungisida Hayati Pengendali Jamur Tular Tanah (Penyakit Layu) Pada Kacang-Kacangan

Konten [Tampil]

Kabartani.com – Penyakit-penyakit penting pada kedelai di Indonesia yaitu karat, virus, dan kuman pustul pada daun. Dengan berkembangnya varietas-varietas kedelai baru, jenis patogen (penyebab penyakit) yang menyerang kedelai juga berkembang. Oleh lantaran itu, suatu penyakit yang pada waktu kemudian kurang penting bisa berubah status menjadi penyakit penting di kemudian hari. Itu terjadi pada penyakit tular tanah.


Beberapa jenis penyakit tular tanah yang sering menyerang pertanaman kedelai di lapangan disebabkan antara lain oleh Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Fusarium sp., Pythium sp., Phytophthora sp.


Selain menyerang kedelai, patogen tular tanah juga menyerang tumbuhan kacang hijau, kacang tanah. Serangan parah pernah terjadi di kebun-kebun percobaan Balitkabi dengan tingkat serangan 40-100%. Kerugian akhir serangan penyakit tular tanah bervaruasi, antara 30% yang terjadi di KP Genteng dan hingga 50% yang terjadi di KP Kendalpayak.


Yang sangat dikenal petani yaitu hama. Pengetahuan wacana penyakit aneka kacang masih kurang, sehingga tanda-tanda serangan, potensi serang, dan kerugian, serta pengendalian penyakit tular tanah belum diperhitungkan. Oleh lantaran itu, pengendalian terhadap penyakit tular tanah belum menjadi prioritas.


Kendati demikian, pengendalian yang umum dilakukan untuk mengatasi penyakit aneka kacang yaitu memakai fungisida kimia. Fungisida kimia mengakibatkan bahaya, lantaran pada umumnya berspektrum luas karenanya selain membunuh penyakit target juga mematikan organisme lain yang bermanfaat, termasuk musuh alaminya. Di samping itu, lantaran sifat persistennya, residu pestisida kimia juga meracuni air dan tanah.


Oleh karenanya pemanfaatan fungisida alami atau biofungisida selayaknya diintensifkan dalam mendukung pengendalian penyakit tumbuhan berwawasan lingkungan atau pengendalian penyakit terpadu (PPT).


Banyak musuh alami penyebab penyakit tular tanah tersedia di alam. Jamur Trichoderma spp. Merupakan salah satunya. Biofungisida TrichoI-8 merupakan biofungisida dengan materi aktif Trichoderma. Untuk meningkatkan efektifitas biofungisida terhadap penyakit tular tanah, perlu diketahui tanda-tanda dan bioekologi penyakit tular tanah. Juga, sifat biofungisidanya sendiri perlu diinformasikan.


Gejala Penyakit Tular Tanah


Penyakit tular tanah disebabkan oleh beberapa jamur, antara lain R. solani, S. rolfsii, Fusarium sp., Phytophthora sp., dan Pythium sp. Bagian yang diserang yaitu akar, batang, dan pangkal batang (Gambar I). S. rolfsii, sanggup menyerang kecambah (dumping off, Gambar 2), dalam keadaan sangat lembab jamur ini sanggup menyerang daun, tangkai, dan polong. Tanaman umur 2-3 ahad merupakan periode yang paling rentan penyakit ini. Tanaman kedelai peka terhadap jamur ini semenjak mulai tumbuh hingga pengisian polong.


penyakit penting pada kedelai di Indonesia yaitu karat √ TRICHOL-8, Fungisida Hayati Pengendali Jamur Tular Tanah (Penyakit Layu) pada Kacang-kacangan


Gejala yang tampak yaitu tumbuhan layu. Pada pangkal batang dikolonisasi oleh miselium berwarna putih. Pada kondisi tertentu ditemukan sekumpulan sklerotia berwarna coklat berbentuk butiran. Cendawan ini menginfeksi mulai awal pertumbuhan hingga fase generatif sehingga populasi tumbuhan menjadi berkurang terutama pada kondisi lembab. Pada serangan penyakit tular tanah yang cukup parah, menimbulkan beberapa genotipe mati (Gambar 2). Penyakit tular tanah yang disebabkan oleh R. solani dikenal dengan nama penyakit hawar batang (Gambar 3).


Jamur Antagonis Trichoderma


Jamur antagonis Trichoderma sp. merupakan biopestisida yang efektif untuk mengendalikan penyakit tular tanah pada tumbuhan kacang-kacangan. Trichoderma spp. hidup dan berkembang di dalam tanah, sifatnya saprofitik, dan bisa memanfatkan majemuk senyawa organik sebagai sumber karbon dan nitrogen. Kemampuan metabolisme dan resistensinya terhadap mikrobia penghambat, disebabkan lantaran kemampuannya menghasilkan antibiotik sehingga bisa bertahan di lingkungannya.


Trichoderma efektif mengendalikan jamur patogen tular tanah yang disebabkan oleh R. solani, S. rolfsiis, Fusarium spp., Pythium/Phytophthora spp., dan Aspergillus spp. Mode serangannya yaitu mikoparasitik, yaitu benalu bagi jamur yang lain. Penggunaan Trichoderma sanggup mempertahankan populasi tumbuhan sehingga tumbuhan bisa berproduksi secara normal.


Dengan sifat dan cara hidupnya ini Trichoderma spp. sanggup dimanfaatkan sebagai agens pengendali jamur patogen dengan cara menghambat dan menekan pertumbuhan jamur patogen dengan cara mematikan patogen atau menghambat patogen lantaran persaingan makanan, dan ruang tumbuh.



Aplikasi dan Pengaruh TRICHOL-8 pada Penyakit Tular Tanah Tanaman Kedelai


Di laboratorium, daya hambat isolat jamur Trichoderma sp (Tr-l, Tr-2, Tr-3, Tr-4, dan Tr-5) terhadap jamur S. Rolfsii pada empat hari sehabis inokulasi mencapai 75-90%. Penghambatan tertinggi dicapai oleh isolat Tr-4.


Di lapangan, aplikasi dilakukan dengan mencampurkan Trichoderma pada benih (seed treatment) dengan takarannya 100 g/kg benih atau ditaburkan sebagai perawatan benih, atau ditabur sehabis di sekitar lubang benih dengan dosis 100 g/50 m2 .


Disamping mengendalikan penyakt layu (tular tanah) dan karat, pertumbuhan tumbuhan kedelai varietas burangrang yang diberi Trichoderma juga lebih subur, dengan bobot biji/tanaman dan bobot 10 biji lebih tinggi dibanding tanpa perlakuan Trichoderma (Tabel 1). Oleh lantaran itu, sanggup dinyatakan bahwa Trichoderma memiliki dampak sistemik terhadap tumbuhan kedelai.


Menjaga Efektivitas Trichoderma



  • Kemampuan tumbuh (viabilitas) konidia Trichoderma L-8 didalam botol labu (Erlen Meyer) yang ditempatkan diruangan laboratorium, di refrigerator, dan ditempat pendingin masih tetap tinggi yaitu 100%.

  • Viabilitas konidia Trichoderma L-8 yang disimpan dalam wadah botol yang disimpan selama 1,3, dan 5 bulan dalam daerah pendingin masih tetap 100%, akan tetapi kemudian turun menjadi 90% sete;ah disimpan 9 bulan.

  • Viabilitas konidia Trichoderma L-8 yang dicampur dengan fungisida kaptan 0,3% menurun dari 100% menjadi 46,7% sehabis 72 jam.


Kelebihan Pengendalian dengan Trichoderma



  1. Praktis, lantaran sanggup dilakukan waktu tanam sebagai perawatan benih, atau ditabur sehabis tumbuhan tumbuh.

  2. Relatif murah, sekali diaplikasikan sanggup bekerja dalam jangka waktu cukup lama.

  3. Pembiakannya gampang dilakukan oleh petani.

  4. Tidak mengakibatkan ketahanan terhadap jamur patogen, dan tidak mencemari lingkungan serta kondusif bagi manusia.


Simak juga:




Sumber https://kabartani.com