Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ 5 Jurus Pengendalian Penyakit Hawar Daun Kuman (Penyakit Kresek)

Konten [Tampil]

Kabartani.com – Penyakit hawar daun basil (penyakit Kresek) merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di banyak sekali ekosistem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia yang disebabkan oleh basil Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo).


Patogen ini sanggup mengenfeksi tumbuhan padi pada semua fase pertumbuhan tumbuhan dari mulai pesemaian hingga menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tumbuhan padi pada penggalan daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun.


Hal tersebut menimbulkan menurunnya kemampuan tumbuhan untuk melaksanakan fotosintesis yang apabila terjadi pada tumbuhan muda menjadikan mati dan pada tumbuhan fase generative menjadikan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.


Faktor lingkungan yang sangat besar lengan berkuasa terutama ialah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh lantaran itu penyakit hawar daun basil sering timbul terutama pada animo hujan.


Simak juga Pengendalian Hama Tikus Pada Budidaya Tanaman Padi


Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan takaran tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menimbulkan tumbuhan menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh lantaran itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun basil disarankan tidak memupuk tumbuhan dengan Nitrogen secara berlebihan.


Gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermittent). Selain itu, ada cara lain untuk mengendalikan penyakit ini.


1. Penanaman benih dan bibit sehat


Mengingat pathogen penyakit HDB sanggup tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak dipakai sebagai benih. Bibit yang sudah terinfeksi/bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak ditanam.


2. Cara tanam


Untuk memperlihatkan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermittent irrigation).


Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan ukiran daun antar tumbuhan sebagai media penularan pathogen.


3. Pemupukan


Pupuk Nitrogen berkorelasi faktual dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan takaran tinggi menimbulkan tumbuhan menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi.


Sebaliknya dengan pupuk Kalium menimbulkan tumbuhan menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh lantaran itu supaya perkembangan penyakit sanggup ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan memakai pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.


4. Sanitasi lingkungan


Mengingat pathogen sanggup bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman, maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tumbuhan yang terinfeksi merupakan perjuangan yang sangat dianjurkan.


5. Pencegahan


Untuk tempat endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terjangkit penyakit, mencegah terjadinya abses bibit melalui luka dengan tidak melaksanakan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan. (shr/ybh)


Simak juga Padi Buatan IPB Ini Produktif, Hemat Air, dan ‘Tahan Banting’ Terhadap Tungro



Sumber https://kabartani.com