√ Menciptakan Persemaian Padi Dengan Memakai Jaring (Taring) Biar Gampang Dicabut
Kabartani.com – Sebagaimana kita ketahui, beras/padi merupakan pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produk tumbuhan pangan ini sebagian besar diproduksi di lahan sawah dimana hingga dikala ini, lahan sawah tetap menjadi tulang punggung produksi padi nasional. Hal ini antara lain sebab lahan sawah mempunyai tingkat kesuburan yang lebih baik dibandingkan dengan lahan kering dan tadah hujan maupun lahan pasang surut.
Dengan kondisi lahan sawah yang lebih subur tersebut maka tidak abnormal kalau hasil padi pada agroekosistem ini lebih tinggi. Apabila hasil padi di lahan kering dan tadah hujan hanya mencapai 2-4 t/ha, di lahan sawah irigasi bisa mencapai hasil 6-7 t/ha, bahkan bisa lebih tinggi lagi, bergantung pada tingkat kesuburan lahan, kondisi lingkungan dan tingakt penerapan teknologi produksi.
Untuk keperluan penananam padi tersebut, tentunya tidak terlepas dari tersedianya bibit sebab bibit merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat produktivitas tanaman. Agar tumbuhan padi yang kita tanam itu akan berproduksi tinggi dengan mutu yang baik, tentunya bibit itu berasal dari benih (butiran gabah) yang bermutu.
Keuntungan memakai benih bermutu yakni :
- Benih tumbuh cepat dan serempak,
- Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat,
- Pada dikala ditanam pindah (dari pesemaian ke lahan penananam padi), bibit tumbuh lebih cepat, dan
- Jumlah tumbuhan optimum sehingga akan menunjukkan hasil yang tinggi. Benih bermutu yakni benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat.
Benih bersertifikat sanggup diperoleh pada penyalur benih dan toko/kios sarana produksi pertanian (saprotan). Sebagai tanda bahwa benih padi yang kita beli itu berserifikat yakni :
- Kemasan berlabel,
- Label berwarna biru,
- Label bertuliskan benih bersertifikat, dan
- Label berisi : (a) Nomor seri label; (b) Nomor dan alamat produsen; (c) Keterangan mutu benih; dan (d) tanggal final berlakunya label.
Berdasarkan data penelitian, penggunaan benih bersertifikat meningkatkan produksi 500 kg/ha dibandingkan dengan benih yang tidak bersertifikat.
Pilih Benih Yang Baik
Meski benih yang akan kita semaikan itu berasal dari benih bermutu, tetapi sebelum disemaikan harus dipilih benih yang baik. Untuk menentukan benih yang baik, benih direndam dalam larutan 20 g ZA/liter air atau larutan 20 g garam/liter air.
Dapat juga dipakai debu dengan memakai indikator telur, yang semula berada dalam dasar air, sesudah diberi abu, telur tersebut mulai terangkat ke permukaan. Kemudian benih yang mengambang/mengapung dibuang.
Benih yang tidak mengapung/mengambang alias benih yang karam itulah yang nantinya disemaikan untuk memperoleh bibit padi sebab benih menyerupai ini merupakan benih yang baik (benih bernas).
Benih bernas tersebut sebelum disemaikan dibilas dahulu dengan air besih, kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah itu, diperam dalam karung selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Sedang untuk benih hibrida, benih tersebut kangsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.
Cara lain untuk menentukan benih yang baik, benih direndam dengan air higienis kemudian diaduk, kemudian direndam selama 24 jam dan gabah yang terapung dibuang. Setelah direndam, benih diinkubasikan selama 36-48 jam untuk mematahkan periode dormansi benih.
Untuk tempat endemik hama wereng coklat, benih bisa diberi perlakuan (seed treatment) dengan memakai Regent 50 EC. Regent 50 EC ini berfungsi pula sebagai zat perangsang tumbuh tanaman. Luas pesemaian sebaiknya 400 m 2/ha atau 4 % dari luas tanam.
Berikut Video Cara Penyemaian Dengan Menggunakan Jaring
Persemaian Basah
Untuk memperoleh bibit padi sanggup dilakukan dengan cara persemaian berair dan kering. Umur bibit siap dipindahkan atau ditanam bergantung pada jenis persemaian.
Persemaian basah yakni persemaian yang dilakukan pada lahan sawah di luar areal yang akan dipanen. Persemaian disiapkan 25-30 hari sebelum ekspresi dominan hujan (MT I/ sistem culik), sedangkan penyiapan persemaian untuk ekspresi dominan kemarau I (MT II) dilakukan sebelum panen tanamanm MT I supaya bibit telah siap dan tanam MT II sanggup segera dilakukan.
Apabila contoh IP Padi 300 akan diterapkan maka penyiapan persemaian untuk ekspresi dominan kemarau II (MT III) sanggup dilakukan dengan sistem culik pada MT II. Persemaian sistem culik, yaitu persemaian yang dibentuk di areal pertanaman padi ekspresi dominan sebelumnya menjelang ekspresi dominan panen.
Tempat persemaian sebaiknya dalam satu hamparan luas supaya gampang pemeliharaannya.Selain itu, persemaian terkena sinar matahari pribadi tetapi tidak bersahabat dengan sinar lampu yang sanggup mengudnang serangga pada malam hari.
Pertama-tama, tanah untuk persemaian diolah dengan cara dibajak dan digaru 2-3 kali hingga tanah dalam kondisi melumpur sedalam kira-kira 20 cm. Sesudah tanah diolah, buat bedengan setinggi 5-10 cm dengan lebar bedengan 100-150 cm dan panjangnya diubahsuaikan dengan kebutuhan atau kondisi lahan. Diantara bedengan dibentuk jalan masuk draenase.
Agar pertumbuhan benih menjadi subur, persemaian diberi pupuk sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk tanah yang kurang subur. Jenis pupuk yang dipakai berupa pupuk Urea, SP36 dan KCl masiang-masing dengan dosis 180 kg N, 72 kg P2)5 dan 60 kg K2) per hektar.
Ketiga pupuk itersebur dicampur dengan tanah sebelum benih ditaburkan. Lima hari sesudah tabur benih, persemaian diairi setinggi kira-kira 1 (satu) cm selama 2 (dua) hari. Setelah itu, persemaian diairi terus-menerus setinggi kira-kira 5 cm.
Bibit yang kita semaikan itu gres bisa dipindahkan atau ditanam ke petak persawahan sesudah berumur 10-30 hari. Sebelum bibit dicabut, lahan persemaian perlu digenangi air selama 1 (satu) hari antara 2-5 cm supaya tanah menjadi lunak sehingga bibit tidak rusak dikala dicabut atau dipindahkan ke lapangan. Jika pun ada yang rusak, bibit yang rusak tersebut bisa ditekan sedikit mungkin.
Jika persemaian dilakukan pada lahan/tanah alkalin (pH 6,5), pada tanah menyerupai ini perlu diberi hara mikro (Cu dan Zn) dengan cara mencelupkan aiar bibit padi ke dalam larutan ZnSO4 5% dan CuSO4 0,2% selama 2 (dua) menit pada dikala bibit akan ditanam. Sebelum ditanam, bibit sanggup dicelupkan terlebih dahulu ke dalam sispensi Azospirillum, minimal 1 (satu) jam. Suspensi dibentuk dengan cara melarutkan 200 g inokulum ke dalam 50 liter air.
Sumber https://kabartani.com