√ Panduan Sukses Budidaya Jamur Kuping Untuk Pemula
Konten [Tampil]
Secara umum dipangsa dunia, jamur kuping menduduki tempat terbawah, tetapi di pangsa pasar asia terutama di daerah Cina, Hongkong, Singapura, Malaysia, pangsa pasar jamur kuping sangatlah tinggi terutama dalam bentuk kering.
Jamur kuping mempunyai peluang besar dipasaran, maka dari itu budidaya jamur kuping mencakup beberapa proses yang harus dilalui untuk meningkatkan produksifitas jamur kuping.
Setiap proses terdiri dari beberapa kegiatan, yang menuntut kecermatan dan ketelitian, dan diantara proses yang satu dengan lainnya merupakan satu kesatuan yang harus dilalui dan atau dilaksanakan biar aktivitas budidaya sanggup dilaksanakan serta memperoleh hasil yang maksimal.
Adapun proses-proses yang ada dalam budidaya jamur kuping dengan media serbuk kayu sanggup dibagi menjadi 4 tahap pekerjaan sebagai berikut:
A. PERSIAPAN MEDIA TANAM
Proses pemilihan media tanam harus dilakukan dengan baik lantaran akan menghipnotis kualitas jamur kuping yang akan dihasilkan nantinya. Setelah bahan-bahan yang diharapkan telah tersedia maka dilakukan kegiatan-kegiatan lainnya menyerupai pengayakan, pencampuran, pewadahan, sterilisasi, pendinginan.
1. Pemilihan Serbuk Kayu
Serbuk kayu merupakan materi utama yang digunakan dalam memproduksi jamur kuping. Sebagian besar jenis serbuk kayu sanggup digunakan untuk media tanam jamur kuping, namun ada beberapa jenis serbuk kayu yang kurang baik digunakan sebagai media tanam, diantaranya serbuk kayu jati, pinus dan jenis serbuk kayu lain yang banyak mengandung materi pengawet alami (zat ekstraktif), yang sanggup menghambat pertumbuhan jamur.
Serbuk kayu yang baik untuk digunakan sebagai media baglog yaitu dari kayu sengon, pemilihan serbuk kayu ini didasari oleh:
- Kayu sengon mempunyai sedikit materi pengawet alami,
- Kayu sengon tidak terlalu banyak getahnya,
- Kayu sengon gampang lapuk,
- Kayu ini gampang menyerap air, dan juga serbuk kayu ini gampang didapat.
Budidaya dengan memakai serbuk kayu lebih menguntungkan lantaran kedalam media tumbuhan tersebut sanggup ditambahkan materi sumber nutrisi lainnya sehingga sanggup mempercepat pertumbuhan dengan hasil yang lebih banyak, dan juga proses produksinya tidak terlalu lama.
2. Pengayakan
Serbuk kayu yang sudah diperoleh, kemudian dilakukan penyaringan atau diayak terlebih dahulu untuk menghasilkan serbuk kayu yang seragam ukurannya dan benar-benar higienis bebas dari kotoran yang tidak diinginkan. Pengayaan ini dilakukan dengan ayakan yang ukuran lubangnya ialah 0,5 x 0,5 cm.

Pengayakan sangat penting dilakukan biar pencampuran serbuk kayu dengan bahan-bahan lainnya sanggup merata dan pertumbuhan misellia jamur sesudah inokulasi juga akan lebih merata. Proses pengayaan ini juga bertujuan untuk menghilangkan serat tumbuhan yang masih besar, hal ini dikarenakan serpihan batang yang besar sanggup merusakkan plastik baglog.
3. Pencampuran
Setelah proses pengayakan, selanjutnya serbuk kayu dicampur dengan bahan-bahan lain yang telah disiapkan, sebagai perhiasan nutrisi bagi tumbuhan jamur. Komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya jamur bervariasi, tergantung dari pengalaman para petani masing-masing dan jadinya diyakini mempunyai kelebihan, baik dari kecepatan tumbuh maupun produktivitasnya.

Berikut ini formulasi materi untuk pembuatan media (log jamur) kuping yang sanggup anda gunakan. Untuk setiap 100 kg serbuk kayu ditambahkan dengan:
- 15 kg bekatul
- 1-5 kg dolomit (menyesuaikan pH)
- 1% gibs (untuk menambah unsur kalsium dan mengeraskan
media) - 1% Urea
- 1% TSP
- 20 ml EM4
- 10-20 liter air (menyesuaikan kandungan air dalam media)
Setelah penambahan formulasi bahan-bahan yang diharapkan cukup maka media tanam (serbuk kayu dan formula) diaduk hingga benar-benar merata sempurna. Penambahan air diberikan bertahap dengan bejana yang telah terisi air, biar tidak terjadi penggumpalan air maka dilakukan penyiraman dengan tangan dan dikontrol biar tingkat kebasahan media sesuai dengan yang diharapkan.
Demikian juga pada materi dan formula semua harus merata dan sehomogen mungkin, lantaran kalau kurang homogen akan berakibat pada pertumbuhan miselium yang kurang baik (kurang menyebar).
4. Proses Pengomposan (Fermentasi)
Setelah proses pencampuran materi dan formula selesai, kemudian materi difermentasi dan diberikan perhiasan bakteri decomposer. Media ditumpuk hingga ketinggian ±1 meter, dan ditutup dengan plastik/terpal. Fungsi kuman decomposer disini ialah guna mengkondisikan media tanam biar lebih cepat terurai (melapukkan) dan gampang diserap oleh tanaman.
Selain untuk menguraikan nutrisi dalam media biar lebih siap diserap oleh tumbuhan (jamur), panas yang dihasilkan dari proses fermentasi juga sanggup mengurangi senyawa-senyawa atau organisme penyebab kontaminasi.
Proses fermentasi media dilakukan selama kurang lebih 3-7 hari, sesuai dengan jenis kayu. Jenis kayu yang keras menyerupai kayu jati memerlukan waktu yang lebih lama. Proses fermentasi diakhiri apabila kondisi materi tanam (media) sudah memungkinkan, dengan indikator warnanya coklat gelap dengan anyir yang khas kompos.
5. Pewadahan
Serbuk kayu dan bahan-bahan lain yang telah tercampur dengan merata selanjutnya dimasukkan kedalam wadah kantong plastik. Kantong plastik yang digunakan ialah jenis plastik yang tahan panas, yaitu jenis polipropilena (di pasar biasa disebut istilah plastik PP). Plastik yang digunakan sanggup memakai banyak sekali ukuran dengan ketebalan minimum 0,003 mm sehingga pada ketika dilakukan pemadatan tidak gampang pecah.

Sedangkan ukuran plastik atau baglog yang digunakan yaitu 20 x 30 cm, dengan bobot media antara 0,9 – 1,0 kg. Pengisian harus diselesaikan secepat mungkin guna meminimalkan kontaminasi. Plastik pembungkus diisi dengan materi tanam sebanyak ¾ bagian.
Kemudian dipadatkan dengan memukulkannya ke tanah dengan penggalan ujungnya kita pegang ataupun dipres dengan mesin pengepres. Kemudian plastiknya dilipat dan diikat dengan gelang karet, biar membentuk leher botol diberikan cincin ditutup dengan kapas hingga rapat.
6. Sterilisasi
Segera sesudah pengisian selesai, media tanam telah berbentuk menyerupai botol-botol yang disebut dengan istilah baglog kemudian disterilkan dengan alat sterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan pengukusan yang tujuannya ialah untuk membebaskan media tanam dari bibit hama penyakit, menghilangkan kemasaman atau racun berbahaya pada media tanam, dan menyempurnakan proses pengomposan.

Sterilisasi yang dilakukan dengan memakai drum bekas yang sudah dimodifikasi dan diberi sarang pada penggalan dalam, yang berfungsi untuk memisahkan air dan media tanam atau bag log. Sterilisasi berlangsung pada suhu 80 – 90 ºC selama 8 jam. Proses ini sudah sanggup mematikan mikroorganisme, hama, ataupun cendawan pesaing.
Namun dengan memakai drum proses sterilisasi hanya mengandalkan uap panas saja sehingga waktu yang diharapkan untuk menghilangkan organisme pengganggu relatif lebih lama. Tujuan dari proses sterilisasi ini ialah untuk memininalkan resiko kontaminasi media jamur ini, dan juga untuk mematikan mikro organisme yang berada pada baglog itu.
7. Pendinginan
Setelah sterilisasi, baglog dibiarkan masbodoh secara perlahan-lahan. Pendinginan media yang telah disterilkan dilakukan selama 1-3 hari hingga mencapai suhu alam sebelum dilakukan inokulasi. Pendinginan sanggup dilakukan di dalam suatu ruang yang mempunyai sirkulasi udara yang cukup biar panas yang ada pada media tanam sanggup berangsur-angsur menjadi dingin.
Apabila jumlah baglog yang didinginkan cukup banyak maka sebaiknya ditempatkan di ruangan yang dilegkapi dengan kipas angin untuk membantu biar sirkulasi udara menjadi lebih sempurna. Pendinginan media tanam mutlak dilakukan lantaran pada prinsipnya pendinginan dilakukan biar pada ketika inokulasi atau pembibitan, bibit jamur tidak akan mati.
B. INOKULASI dan INKUBASI
Setelah proses persiapan media tanam selesai dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu proses inokulasi dan inkubasi.
1. Inokulasi
Inokulasi ialah suatu aktivitas penanaman atau penularan bibit jamur ke dalam media tanam yang sudah disiapkan. Kegiatan ini harus dilakukan dalam keadaan aseptis (bebas hama) biar tidak tercemar oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Ruang yang dijadikan tempat inokulasi sebaiknya ruangan khusus dan tidak sembarangan orang boleh masuk, hal ini perlu dilakukan untuk meminimalkan penyebab kontaminasi. Sebelum aktivitas inokulasi dilakukan sebaiknya ruangan sanitasi terlebih dahulu.
Sanitasi ruangan dilakukan dengan membersihakn ruangan dari debu dan kotoran lain sesudah itu ruangan sanggup disemprot dengan formula Spirtus 2% dan alkohol 70% hingga seluruh penggalan ruangan merata.
Inokulasi yang baik ditentukan oleh tingkat sterilisasi ruang dan alat serta ditentukan juga oleh tenaga pelaksana, baik kebersihan maupun teknik inokulasinya. Tenaga pelaksana inokulasi sebaiknya dalam keadaan yang bersih, baik itu tangan maupun pakaian yang digunakan.

Inokulasi sanggup dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara tusukan dan juga cara taburan. Inokulasi yang memakai cara tabur, dimana penanaman bibit jamur ini dilakukan dengan cara membuka kapas epilog baglog, kemudian mengisikan bibit jamur dari botol dan memasukkan kedalam baglog dan ditutup lagi dengan kapas yang sudah dipanasi pada penggalan yang akan di masukkan pada baglog, kapas yang berair diganti dengan kapas yang kering untuk mengurangi resiko kontaminasi.
2. Inkubasi
Inkubasi ialah waktu yang diharapkan untuk penyebaran miselium rentang waktunya ialah dari selesai dilakukan inokulasi hingga pada pemeliharaan atau penyobekan. Biasanya waktu yang diharapkan untuk masa inkubasi berkisar antara 1-1,5 bulan.

Awal keberhasilan pertumbuhan jamur sanggup dilihat dari sini, tanda pertumbuhan yang manis dicirikan dengan pertumbuhan miselium yang ditularkan sebagai bibit cepat berkembang dan merambat merata keseluruh relung penjuru media tanam.
Media tanam yang semula berwarna oklat kehitaman, sesudah penuh sesak ditumbuhi miselium seluruh permukaannya akan berwarna putih bersih. Miselium ini aktif menyerap dan memakai hara yang terkandung dalam media tanam untuk pertumbuhan.
Tidak semua baglog akan mengalami pertumbuhan miselium yang baik, oleh lantaran itu perlu dilakukan seleksi terhadap baglog yang miseliumnya tidak berkembang, bahkan mati, gagal tumbuh ini sanggup disebabkan lantaran media kurang steril, maupun tercemar oleh getah atau minyak atau zat anti jamur, terlebih lagi baglog yang terkena kontaminasi harus dipisahkan biar tidak menular pada baglog yang lain.
C. PEMELIHARAAN
Kegiatan pemeliharaan, dilakukan di dalam ruang pemeliharaan atau lebih dikenal dengan kumbung. Di dalam kumbung terdapat rak-rak untuk penempatan baglog. Baglog yang sudah penuh dengan miselia sebaiknya dibuka dengan cara menyobek penggalan atas maupun penggalan bawah dari media tanam, sehingga nantinya memudahkan jamur untuk tumbuh dan berkembang.
Pemeliharaan jamur kuping di lakukan dengan tetap menjaga biar suhu dan kelembaban di tempat pemeliharaan tetap stabil, cara mengontrolnya sanggup dilakukan dengan penyiraman setiap hari memakai hand sprayer.

Namun, pada daerah dataran tinggi biasanya kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban sudah sesuai dengan habitat alam jamur kuping, bahkan biasanya petani yang berada di daerah ini sesudah dilakukan penyobekan pada media tanam aktivitas pemeliharaan sudah tidak begitu intensif lagi.
Usaha pengontrolan terhadap hama dan penyakit harus dilakukan sedini mungkin secara menyeluruh. Bahan baku untuk subtrak, khususnya serbuk gergajian kayu diusahakan masih gres sehingga kemungkinan telah tercemar penyebab penyakit lebih kecil.
Sanitasi ruang dan peralatan menjadi kunci keberhasilan budidaya jamur kuping, dengan pengontrolan yang ketat, setiap adanya pertumbuhan jamur abnormal sudah sanggup dikenali dan dipisahkan/dibuang sedini mungkin.
Dari susunan formula substrat/media tanam jamur kuping yang sebagian besar terdiri dari serbuk gergajian kayu, terdapat perhiasan senyawa lain berupa pupuk organik. Dengan demikian limbah media tumbuhan jamur sanggup dimanfaatkan oleh para petani sebagai pupuk kompos bagi tumbuhan lain terutama tumbuhan sayuran.
Sedangkan limbah lain dari media tanam menyerupai kapas, plastik, maupun cincin, sanggup dijual untuk kemudian didaur ulang menjadi barang yang sanggup di manfaatkan lagi.
D. PEMANENAN
Panen sanggup dilakukan ketika jamur kuping sudah mencapai ukuran optimal, yang ditandai dengan ciri-ciri jamur kuping sudah mulai mengerut keriting dengan penggalan pinggir tudung sudah mulai menipis. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari biar kesegarannya tetap terjaga.

Pemanenan dilakukan dengan cara memotong penggalan pangkal tubuh jamur kuping dengan gunting dan pemotongan ini diusahakan jangan hingga mengenai pinheat dari tubuh jamur itu sendiri, sesudah didapat hasil panennya tubuh jamur itu dicuci dengan air hingga bersih, kemudian ditiriskan.
Jamur yang telah higienis kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering, pemanasan ini dilakukan selama 4-5 hari hingga didapat jamur kuping yang kering. Hasil jamur yang sudah kering kemudian dikemas dalam plastik transparan yang besar biar tidak terkena air dan juga embun. Jamur yang telah higienis dan kering sanggup bertahan hingga 1 tahun lebih.
Simak juga:
- Mengolah Limbah Baglog Jamur Tiram Menjadi Produk Baru
- Cara Budidaya Jamur Merang Menggunakan Media Kardus Bekas
- Cara Budidaya Jamur Merang Media Limbah Tongkol Jagung
Sumber: Teddy Angriawan. 2006. Budi daya jamur kuping ( auricularia auricula judae). Tugas Akhir Mahasiswa UNS Surakarta
Sumber https://kabartani.com