√ Panduan Budidaya Padi Rakit Apung Dilahan Rawa
Kabartani.com – Lahan sawah berupa rawa hanya sanggup dimanfaatkan untuk budidaya padi ketika menjelang kemarau, sehingga potensi lahan sawah tersebut tidak sanggup dimaksimalkan. Oleh alasannya ialah itu perlu pengembangan teknologi budidaya padi untuk memanfaatkan genangan air tersebut.
Luas lahan sawah di Desa Ciganjeng, Kec. Padaherang, Kab. Ciamis kurang lebih 3.669 ha, dari jumlah tersebut 600 ha ialah lahan rawa atau lahan genangan air, dan hanya sanggup ditanami sekali dalam setahun, yaitu pada ketika menjelang demam isu kemarau. Karena kondisi alam inilah maka kelompok tani Taruna Tani Mekar Bayu berinisiatif menciptakan solusi dari problem ini dengan menyebarkan teknologi budidaya padi apung.
Tujuan dari pengembangan teknologi budidaya padi apung ini diantaranya yaitu 1) untuk mengoptimalkan potensi lahan yang ada, 2) memberdayakan petani setempat, 3) meningkatkan kesejahteraan petani setempat, dan 4) menghasilkan padi organik dengan budidaya padi teknik rakit apung.
Berikut ini tahapan-tahapan dalam penerapan teknologi budidaya Padi Apung :
Persiapan Rakit
- Rakit terbuat dari bambu, dengan
- Panjang rakit 5 m dan lebar 2 m (bisa ditambahkan pelampung),
- Untuk kebutuhan 1.400 meter persegi (100 tumbak), diharapkan sekitar 98 rakit,
- Jarak antar rakit 60 cm,
- Tiap rakit diikat tiang, biar tidak pindah tempat dan dikelilingi oleh bambu pemecah ombak.
Persiapan Media Tanam pada Rakit
- Sabut kelapa atau jerami padi sebanyak 2 karung per rakit, kemudian dihamparkan merata sebagai bantalan pertanaman padi.
- Kemudian, hamparkan tanah sawah setebal 5 cm (jika terlalu tebal rakit akan tenggelam).
- Lalu hamparan tanah tersebut diberi pupuk organik cair (POC) buatan petani dengan konsentrasi 350 cc/liter.
Penanaman Benih Padi
Sistem budidaya yang dipakai dalam padi apung ialah metode SRI, sebagai berikut:
- Umur benih 7 hari sesudah sebar,
- Persemaian pada nampan atau pipiti/besek,
- Tanam tunggal dangkal dan akar membentuk huruf L,
- Gunakan jarak tanam 30 cm,
Pemeliharaan
- Penyiangan dilakukan satu kali pada umur 10 HST (hari sesudah tanam) dengan memakai tangan,
- Pemupukan dilakukan 10 kali dengan memakai POC (Pupuk Organik Cair) buatan petani dengan konsentrasi 350 cc/liter,
- Hanya memakai POC (tanpa kompos, alasannya ialah akan menambah beban rakit),
- Tanpa pupuk kimia, sehingga padi yang dihasilkan bersifat organik,
Pengendalian Hama
Hama yang biasa menyerang pertanaman padi teknik rakit apung ini sama menyerupai pada flora padi umumnya, diantaranya keong mas dan tikus. Keong mas yang mengincar flora padi biasanya akan melekat pada rakit, sehingga akan menambah beban rakit, sehingga menyebabkan flora padi tergenang. Cara pengendaliannya dengan melaksanakan pengawasan secara rutin dan membuang keong yang berada di areal pertanaman.
Simak juga pemanfaatan keong mas berikut ini:
- Pembuatan Silase Keong Mas Untuk Bahan Pakan Ternak (Sapi, Kambing, Ayam, Itik)
- Cara Membuat ZPT dari Bekicot atau Keong Mas
Sedangkan hama tikus sanggup dikendalikan dengan aplikasi POC pada ketika pemupukan, dan balasannya cukup memuaskan, sehingga sanggup mengusir tikus dengan baunya yang tidak disenangi tikus.
Panen
- Pengangkutan hasil panen dilakukan dengan memakai perahu,
- Umur padi sama dengan padi dilahan sawah,
- Hasil yang didapatkan sanggup mencapai 6.4 ton/ha GKP,
- Varietas IR 64,
Kesimpulan
- Budidaya padi teknik rakit apung sanggup menjadi solusi bagi daerah-daerah yang sering tergenang atau rawa-rawa.
- Biaya pembuayan padi rakit apung cukup mahal, tapi kalau dipadukan dengan budidaya ikan maka biaya itu menjadi sangat murah, bahkan sanggup menambah pendapatan petani dari satu lahan saja.
- Kekuatan rakit kalau tergenang diperkirakan sanggup bertahan selama 5 tahun.
- Perlu adanya modifikasi atau masukan teknologi untuk penyempurnaan teknologi padi apung khususnya dalam hal biaya pembuatan rakit.
Sumber: Ir Arief Setiabudy dan Endi Juhendi (Dinas Pertanian Jabar, 2013)
Sumber https://kabartani.com