Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Cara Mengatasi Hama Uret Tebu Secara Terpadu

Konten [Tampil]

Kabartani.comTebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditi utama perkebunan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai materi baku industri gula.





Kebutuhan akan gula kedepan diprediksi akan semakin meningkat, dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk dan industri makanan. Di lain sisi, laju pertambahan produksi flora tebu semakin menurun, salah satu penyebabnya ialah alasannya ialah serangan hama uret (Lepidiota stigma F.).





L. stigma merupakan hama penting flora tebu yang mengakibatkan flora tebu menjadi kerdil dan roboh alasannya ialah menyerang akar tanaman. Serangan hama uret sanggup mengakibatkan kehilangan hasil gula sampai 50% (Ditjenbun, 2010). Oleh alasannya ialah itu, diharapkan adanya tindakan pengendalian yang tepat, yaitu dengan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).





merupakan salah satu komoditi utama perkebunan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai materi b √ Cara Mengatasi Hama URET TEBU Secara Terpadu
Gambar 1. Jenis-jenis Uret yang menyerang perkebunan Tebu




Bionomi





Generasi uret dalam 1 tahun 1 generasi, alasannya ialah siklus hidup uret 1 tahun. Oleh alasannya ialah itu, flora tebu ditanam pada bulan Mei, uret telah berada di pertanaman tebu pada stadia larva instar 3-4. Uret tersebut akan berkembang dan menjadi remaja pada bulan Oktober-November.





Dengan demikian pada flora tebu lahan kering di kawasan endemis uret dalam 1 isu terkini tanam sanggup mengalami 2 periode serangan uret, yaitu Mei-Juni dan Oktober-Mei.





merupakan salah satu komoditi utama perkebunan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai materi b √ Cara Mengatasi Hama URET TEBU Secara Terpadu
Gambar 2. Siklus hidup hama Uret pada perkebunan Tebu (Sumber foto: mosamandiri.co.id)




1. Telur





Kumbang betina meletakkan telur didalam tanah yang lembab pada kedalaman 35-50 cm. Seekor betina sanggup bertelur 25-30 butir. Telur uret berwarna putih kekuningan. Stadium telur berlangsung kurang lebih 2 ahad (November-Januari).





2. Larva





Larva (uret) merupakan stadium paling merusak, alasannya ialah memakan akar dan pangkal batang tebu. Uret berwarna kuning mengkilat, berbentuk C (scarabeidae) dan terdapat pada lapisan tanah yang lebih dalam.





Stadia larva berlangsung selama 9 bulan, yaitu larva instar 1 (Desember-Februari), larva instar 2 (Februari-Maret), larva instar 3 (April-Juni) dan larva instar 4 (Juni-Juli).





3. Pre-pupa





Pada stadium pre-pupa, larva instar terakhir membuat ruangan dalam tanah yang berdinding keras dengan permukaan sebelah dalam yang licin dan kedalaman 15-50 cm untuk tempat istirahat. Stadium pre-pupa berlangsung selama 12 hari (Juli-Agustus).





4. Pupa





Stadium pupa (kepompong) berlangsung selama 1 bulan (Agustus-Oktober). Pada kelembaban dalam tanah yang sesuai, kumbang akan keluar dari pupa pada awal isu terkini hujan.





5. Imago





Imago (kumbang) berwarna coklat keabu-abuan dan makan daun yang masih muda. Biasanya kumbang keluar pada sore hari (jam 17.30 – 19.00) yang merupakan penerbangan massal. Stadia kumbang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan (Oktober-Desember).





Gejala Serangan





merupakan salah satu komoditi utama perkebunan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai materi b √ Cara Mengatasi Hama URET TEBU Secara Terpadu
Gambar 3. Gejala serangan hama Uret pada flora Tebu




  • Pada flora muda, pucuk flora menjadi layu, lalu menguning menyerupai mirip tanda-tanda kekeringan.
  • Apabila terjadi serangan yang parah sanggup mengakibatkan flora mati.
  • Serangan uret sifatnya tidak merata dan meskipun sudah diberi air tidak mengatakan adanya tanda-tanda pulih.
  • Kelayuan terjadi alasannya ialah adanya kerusakan pada akar yang merupakan alat penyerap zat hara dan air dari dalam tanah, sehingga pengangkutan zat hara dan air menjadi terhenti.
  • Bagian pangkal flora tebu yang terjangkit uret kehilangan semua akar dan terbentuk rongga-rongga gerekan yang besar pada pangkal batang.
  • Tanaman sangat gampang dicabut, alasannya ialah sistem perakaran telah rusak.
  • Akar terlihat pendek-pendek (putus), terdapat luka bekas gigitan uret.
  • Pada flora tebu yang sudah tua, tanda-tanda yang ditimbulkan akhir serangan uret ialah pucuk flora layu, daunnya mengering dan alhasil roboh dan mati.




Pengendalian





1. Kultur Teknis





  • Penerapan contoh tanah didasarkan pada kondisi spesifik lokasi untuk memutus siklus hidup uret (tanaman bukan inang yang telah dikembangkan oleh petani).
  • Pengolahan tanah yang lebih dalam dengan alat-alat mekanisasi. Uret yang terpapar di permukaan tanah dikumpulkan dan dimusnahkan.
  • Pemberian kapur pertanian untuk meningkatkan pH tanah sehinga membuat lingkungan tanah yang kurang sesuai bagi perkembangan uret.
  • Rekomendasi pemupukan yang proporsional bagi flora tebu, sehingga flora menjadi lebih toleran terhadap serangan uret.
  • Pemberian pupuk kandang/kompos yang telah difermentasi sebagai pembenah tanah.
  • Pemberian mikoriza pada bibit tebu biar sanggup berkembang bersimbiosis dengan perakaran tebu, sehingga sanggup mendukung kesehatan flora tebu.
  • Di kawasan endemis uret sebaiknya praktek tebu keprasan dihindari untuk mengurangi akumulasi populasi hama uret.




2. Mekanis





  • Pemasangan lampu perangkap imago di sekitar pertanaman tebu yang dimulai semenjak periode penerbangan imago (awal Oktober), selanjutnya uret dan imagonya dikumpulkan dan dimusnahkan.
  • Pembuatan lubang tanah yang diisi dengan materi organik (ampas tebu, kompos, serabut kelapa) sanggup dipakai sebagai perangkap untuk menarik imago. Kemudian imago dikumpulkan dan dimusnahkan.
  • Penangkapan dan pemusnahan uret juga sanggup eksklusif dilakukan secara gropyokan pada ketika pengolahan tanah atau pembongkaran tanaman (ratoon).




3. Biologis





Memanfaatkan musuh alami/agens hayati yang diinfestasikan secara kontinyu (sejak tebu ditanam – fase generatif/umur tebu ± 6 bulan). Agens hayati yang sanggup dipakai yaitu Metarrhizium sp. dan Cordyceps sp. (strain untuk pengendalian uret). Selain itu, juga sanggup memakai Steinernema sp. yang merupakan nematoda entomopatogen (NEP).





4. Tanaman Perangkap





Penanaman flora inang lain (misal: talas-talasan, rumput gajah, dan sorgum) di pematang untuk mengalihkan uret makan akar dari flora lain tersebut sehingga sanggup menekan populasi hama uret pada flora tebu.





5. Kimiawi





Di kawasan endemis uret, aplikasi insektisida tanah sanggup dilakukan sebelum/bersamaan tanam tebu. Pestisida kimia yang dipakai ialah yang berbahan aktif diazinon 10 g sebanyak 20 kg/ha, aplikasi dengan cara ditaburkan pada larikan tanaman.





Simak juga :









Sumber: Ditjenbun 2010



Sumber https://kabartani.com