√ Underwater Farm: Teknologi Budidaya Sayuran Di Bawah Laut
KABARTANI.com, Penyelam Scuba dan para andal pertanian membuatkan sebuah proyek untuk budidaya tumbuhan di dasar maritim yang sanggup menjadi solusi yang layak untuk keamanan pangan di masa depan.
Di bawah perairan biru sekitar 100m lepas pantai Noli di maritim Italia terdapat kumpulan balon raksasa yang dipatok di dasar maritim dengan tali panjang. Di dalam balon raksasa itu terdapat aneka macam tumbuhan yang sedang tumbuh, diantaranya kubis merah, selada, kacang-kacangan, kemangi dan stroberi.
Ini mungkin terdengar ibarat sesuatu yang hanya ditemukan di sebuah novel fiksi ilmiah, tapi ini yakni karya Ocean Reef Group. Dengan pertolongan andal pertanian, perusahaan scuba diving yang berbasis di Genova menerapkan pengetahuan dan teknologi untuk menemukan cara-cara gres untuk menghasilkan materi pangan.
Proyek penelitian tersebut dikenal sebagai Nemo Garden yang dimulai pada tahun 2012 silam, dan dikala ini sudah ada sekitar 7 balon biosphere yang masing-masing sanggup menampung sekitar 8-10 nampan atau 22 pot tanaman. Setelah mengalami perbaikan dari waktu ke waktu, perusahaan siap untuk meningkatkan tes dengan tujuan tamat yaitu mengkomersilkan operasinya. Perusahaan ini mempunyai izin dari pemerintah tempat untuk beroperasi selama lima bulan dalam setahun (Mei hingga September) dan struktur pod telah dipatenkan. Proyek ini sedang mencari pertolongan keuangan melalui kampanye crowdfunding.
Teknologi yang dipakai yakni hidroponik, membuat air tawar melalui desalinasi, menguapkan air maritim kmudian menjadi tetes embun di atap dan kemudian air segar menetes kembali untuk menyirami tumbuh-tumbuhan dan sayuran.
Tidak ibarat sistem hidroponik tanah dan rumah kaca, yang bergantung pada aneka macam sistem pemanas dan pendingin dan lampu LED untuk mengatur suhu, perendaman dalam air maritim mengatakan suhu yang stabil sambil menghindari paparan kondisi cuaca ekstrim di tanah.
Ketika sinar matahari datang, penelitian telah memperlihatkan bahwa lebih banyak didominasi tanaman, meskipun bukan rumput laut, bergantung pada spektrum merah pada cahaya untuk pembangunan fisiologis. Spektrum merah cahaya sanggup menembus kedalaman sekitar 5-15 meter. Untuk mengatasi ini, balon raksasa direndam dengan kedalaman 5-8 meter di bawah permukaan air laut.
Jon Old yakni co-founder dari Wasabi Company. Sayur lobak merupakan sayuran yang dianggap sebagai salah satu tumbuhan yang pertumbuhannya paling intensif. Ini melibatkan banyak penyiraman dan rentan terhadap suhu tinggi dan sinar matahari langsung, sehingga berpotensi menjadi ideal untuk pertanian di bawah air. Jon Old besar hati dengan potensi model proyek Nemo: “aspek-aspek tertentu yang sangat menarik, ibarat lingkungan yang steril dari, tidak ada spora penyakit, dan tidak ada siput. Jika kita menganggap [pertanian] bawah air secara struktural suara, saya pikir itu akan fantastis. Ini akan ibarat bekerja di sebuah akuarium raksasa sepanjang hari. “
Meskipun budidaya Nemo Garden yakni belum mencapai skala komersial, tujuan dari proyek ini yakni untuk melihat apakah ini yakni prospek yang layak dan menanam varietas lebih dari tumbuhan dalam proses, sesuatu yang Gamberini percaya secara teknis mungkin. Pengujian dilakukan oleh Ocean Reef Grup memperlihatkan bahwa tumbuhan bawah air tumbuh lebih cepat daripada rekan-rekan mereka, berdasarkan perusahaan.
Ocean Reef Grup telah mendapatkan penghargaan, namun sejauh ini memutuskan hanya menjual konsep. Gamberini percaya tempatnya dalam sistem makanan sanggup menjadi dinamis, dari produsen kecil untuk LSM yang bekerja pada proyek-proyek gizi di negara berkembang.
“Itu (memenuhi kebutuhan pangan masa depan) yakni tujuan, dan itu sanggup menjadi cara pertanian yang berkelanjutan,” katanya. “Bukan hanya bisnis lokal, tetapi untuk sebagian besar dunia. Mulai dari Timur Tengah dan negara-negara tropis ibarat Maladewa, di mana tidak ada banyak tanah yang cocok atau air tawar, serta California selatan, yang mengalami kekeringan. “
Tidak semua orang yakin. Rachel Kerr yakni seorang pekerja pertolongan yang telah bekerja pada proyek-proyek gizi di Afrika. “Kekhawatiran saya akan apakah set-up ibarat ini akan mengganggu infrastruktur makanan lokal. Masyarakat pesisir sering mengandalkan ikan tidak hanya sebagai makanan tapi sebagai sumber penghasilan, “katanya.
Gamberini mengakui bahwa beberapa orang mungkin belum banyak yang tertarik dengan pertanian di bawah air, namun ia percaya itu mempunyai potensi untuk bekerja secara serasi dengan metode produksi pangan lainnya. Meskipun optimisme, bagaimanapun, ia tetap berhati-hati wacana potensi jangka panjang.
“Kita tahu bahwa kita sanggup menumbuhkan tumbuhan dibawah air, kita tahu mereka tumbuh lebih cepat. Kami kini perlu untuk menuntaskan penelitian kami … mudah-mudahan pada tamat tahun, atau berikutnya, “katanya. “Skenario kasus terburuk, jikalau kita menemukan Nemo Garden yakni tidak layak dalam hal ukuran, logistik dan ekonomi, yakni bahwa hal itu akan menjadi sumber daya ekowisata kredibel, sebagai situs scuba diving untuk pulau-pulau dan tempat-tempat dengan air hangat.”
Tonton video-nya dibawah ini
Baca juga
- Mengenal Model Pertanian Vertikal (A-Go-Gro) di Singapura
- Bumina dan Yumina, Teknik Baru Budidaya Ikan Sekaligus Berkebun
- Sistem Aquaponik Lele: Budidaya Ikan Lele Sambil Berkebun
- Mengolaborasikan Peternakan, Perikanan dan Pertanian Menjadi Konsep Pertanian Terpadu
Itulah gosip tentang Underwater Farm: Teknologi Budidaya Sayuran di Bawah Laut, biar gosip ini sanggup menambah wawasan teman tani sekalian. Terima kasih sudah berkunjung di kabartani.com.
Sumber https://kabartani.com