√ Pemupukan Padi Memakai Drone Di Ujicoba Di Purbalingga
Kabartani.com – Uji coba pemupukan padi memakai drone (pesawat tanpa awak) dikala ini mulai dikembangkan untuk bidang pertanian. Kabupaten Purbalingga, Jawa Tenggah menjadi salah satu kawasan yang mengaplikasikan teknologi drone untuk memupuk areal persawahan lewat udara.
Menurut Ketua Yayasan Panglima Besar Jenderal Soedirma, Bugiakso menyampaikan “Penggunaan drone untuk pertanian berkelanjutan ini termasuk yang pertama di Indonesia dan Purbalingga menjadi salah satu lokasi uji coba kami,” peluncuran teknologi drone untuk pertanian berkelanjutan di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Senin, 22 Mei 2017.
Kegiatan tersebut merupakan kerjasama antara Yayasan Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan PT Bumi Maringi Mukti selaku produsen pupuk organik cair yang diaplikasikan dan Look Heed Wuhan Research Institute Co.Ltd, Hubei, China selaku penyedia teknologi drone.
Uji coba pemupukan memakai drone dilakukan pada areal flora padi berumur 35 hari seluas 23,5 hektare di areal sawah Kelompok Tani Mulyo, Desa Limbasari. Varietas yang ditanam merupakan varietas unggul lokal Tegal Gondo dan jenis pupuk yang dipakai berupa pupuk cair biomineral organik “Jenderalium” yang berbahan dasar material vulkanis Gunung Merapi.
Bugiakso mengungkapkan pupuk organik cair dipakai untuk efisiensi dan efektifitas pemupukan serta ramah lingkungan. Menurutnya, pupuk dengan merek dagang Jenderalium yang sudah mendapat izin Kementerian Pertanian itu sudah diuji coba sentra riset Jenderalium Research and Botanical Garden di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
“Kandungan mikroba yang baik untuk pembenahan tanah lengkap, ukuran partikelnya juga nano mikron sehingga sanggup terserap dengan baik oleh flora melalui penyemprotan,” katanya.
Sementara itu, Wang Ke Zhen menambahkan teknologi pemupukan memakai drone akan lebih efisien baik dalam hal waktu, biaya dan teknis di lapangan. Di Provinsi Hubei, China, teknologi tersebut sudah dimanfaatkan dan berhasil meningkatkan produksi padi.
Berdasarkan uji coba, areal persawahan seluas 1 hektare hanya membutuhkan waktu 16 menit untuk menyemprot pupuk dengan drone. Biaya pemupukan per hektare jikalau memakai pupuk cair dan drone sebesar Rp 1,4 juta.
Angka ini diklaim jauh lebih efisien jikalau dibandingkan dengan penggunaan pupuk padat yang diaplikasikan secara manual. Yayasan Jenderal Soedirman memgklaim sudah melaksanakan riset semenjak 2008 dan terbukti efektif. Pupuk Jenderalium juga sudah diaplikasikan pada flora padi, jagung, umbi-umbian, hortikultura buah maupun sayur, serta flora keras tahunan.
Pemerintah Kabupaten Purbalingga menyambut baik hadirnya teknologi modern tersebut. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Purbalingga, Sigit Subroto menyampaikan teknologi dan penemuan pertanian mutlak dibutuhkan guna meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian.
“Areal pertanian di Jawa mustahil bertambah, bahkan cenderung berkurang. Oleh risikonya untuk meningkatkan produksi, jalan satu-satunya dibutuhkan aplikasi teknologi,” kata Sigit.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga Lily Purwati berharap teknologi ini sanggup diaplikasikan secara luas di Purbalingga. Hanya saja, peralatan drone yang dibutuhkan masih terbilang mahal, selain itu juga terkendala penguasaan teknologi.
Sumber https://kabartani.com