√ Akhlak Bercakap-Cakap Islami
Konten [Tampil]
Pada dasarnya insan tidak akan pernah lepas dari yang namanya komunikasi antara yang satu dnegan yang lainnya. Terkadang pula untuk suatu keperluan, atau hanya sekedar berbasa-basi saja.
Kadang kala adat dalam bercakap-cakap ini diabaikan saja, sehingga tidak sedikit telah menciptakan kesal dan tersinggung lawan bicaranya.
Oleh sebab itu, agama Islam mengajarkan cara bercakap-cakap yang baik.
Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan biar percakapan kita menjadi berfaedah dan penuh hikmah.
Etika Bercakap-cakap.
1. Berbicara dengan santun.
Tak jarang ada seorang yang banyak berbicara mengenai segala hal tanpa ada faedahnya sama sekali, seolah hanya dialah yang paling tahu dan hebat dalam segala bidang.
Ia menganggap diamnya seseorang yang ada di depannya menunjukan bahwa ia kagum dengan pembicaraannya, sehingga ia pun memperpanjangnya.
Dari Abu Tsa'labah al-Khusyani bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya orang yang paling saya cintai dan paling akrab denganku di kahirat yakni yang terbaikakhlaknya di antara kalian, dan yang paling jauh dariku di alam abadi yakni yang paling buruk akhlaknya, yang banyak bicara, yang sombong lagi suka mengejek orang."
(HR. Ahmad).
Dengan kata lain, bila ingin akrab dengan Rasulullah SAW di alam abadi kelak, maka baguskanlah akhlak, jangan banyak bicara dan jangan sombong apalagi suka mengejek orang lain.
Sesungguhnya adat dan kesopanan berdasarkan kebiasaan orang yakni dengan memberi kesempatan yang lain berbicara, sebab mereka semua mempunyai kepingan untuk itu. Kecuali bagi bawah umur kecil dengan orang tua, hendaknya mereka memlihara adat dengan tidak banyak berbicara kecuali sebagai petunjuk tanggapan untuk lainnya.
(Ar-Riyadhah).
2. Tidak Memuji Diri Sendiri atau keluarga.
Islam melarang berbicara mengangkat diri sendiri hanya sekedar untuk suatu kebanggaan. Termasuk dalam hal ini yakni membicarakan kecerdasan anaknya, kekayaan, atau ihwal kegesitan istrinya mengatur rumah tangga.
Pada dasarnya memuji diri sendiri yakni terlarang, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat An-Najm ayat 32.
Allah SWT berfirman,
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu saat Dia mengakibatkan kau dari tanah dan saat kau masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kau menyampaikan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui ihwal orang yang bertakwa."
Memuji diri sendiri berdasarkan An-Nawawi dibagi menjadi 2 macam:
Yang Tercela, yaitu ia menceritakannya untuk kebanggaan, menampakkan kelebihan dan tampil beda dengan yang lain.
Yang Terpuji, jikalau hal itu diceritakan untk suatu kemaslahatan agama ibarat amar ma'ruf nahi munkar dan sebagainya.
3. Hati-hati saat Bicara
Ketika berbicara berhati-hatilah biar tidak menyinggung perasaan orang yang diajak bicara.
Amr bin Al-Ash berkata,
"Ketergelinciran kaki yakni tulang yang dapat diluruskan, sedangkan ketergelinciran mulut tidak meninggalkan (orang yang hidup kecuali akan dibinasakan) dan membiarkan (orang mati kecuali niscaya akan dihidupkan kembali).
(Bahjatul Majalis).
4. Tidak Terlalu Banyak Bertanya yang tidak Perlu.
Terlalu banyak bertanya yang tak perlu serta terlalucepat menjawab suatu pertanyaan juga merupakan hal yang harus direnungkan untuk dilaksanakan dalam adat bercakap-cakap.
Umar bin Abdul Aziz berkata,
"ada dua perangai yang tidak akan menjauhkanmu dari kebodohannya, yaitu terlalu cepat berpaling dan menjawab.
(Uyunul Akhbar).
5. Tidak Melayani Pe,bicara Rendahan dan Pandir.
Dari Ibnu Abbas ra berkata,
"Janganlah engkau bertengkar dengan orang penyantun dan orang pandir, sebab ornag penyantun akan membencimu dan orang pandir akan menyakitimu."
(Kitab Al-Uzlah).
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya:
Maka Apakah mereka merasa kondusif dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa kondusif dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
(Al-A'raf: 99).
6. Bicara Sesuai dengan Situasi dan Kondisi. Tidaklah layak sama sekali jikalau seseorang bergurau di kala tema pembicaraan sangat serius atau berusaha menciptakan orang tertawa.
(kitab Ar-Riyadha an Nadhirah).
7. Ketahui jikalau Lawan Bicara Bosan.
Ibnu Mas'ud berkata,
"Ajaklah bicara orang selama ia menghadapkan diri kepadamu dengan pendengarannya dan memperhatikanmu dengan pandangannya. Jika engkau melihat mereka bosan, maka berhentilah bicara."
(Zahrul Adab).
8. Menghargai Pembicaraan Seseorang sekalipun lebih tahu.
Mu'adz bin Sa'ad Al-A'war berkata,
"Saya pernah duduk di samping Atha bin Abi Rabah, kemudian ada seseorang yang yang memberikan suatu hadits. Atha pun murka dan berkata, Perangai apa ini. Sungguh saya mendengar hadits dari orang lain sedangkan saya lebih mengetahui ihwal hadits tersebut, tetapi saya perhatikan kepada orang itu seakan-akan saya tidak tahu apa-apa."
(Raudhatul Uqola).
9. Tidak meninggalkan Teman duduknya sampai menuntaskan pembicaraan.
10. Janagn terlalu cepat Memvonis.
11. Berusaha bercakap-cakap dengan bawah umur kecil.
Berguna untuk melatihnya berbicara, menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, meguatkan nalar serta menambah keberanian dan kepercayaan diri.
12. Tidak mengeraskan bunyi saat berada di Majelis.
13. Hindari Membicarakn perempuan dan makanan.
Dalam kitab Siyar A'lam an nubala bahwa Ahnaf bin Qais berwasiat,
"Jauhkanlah majelis kita dari membicarakan waita dan makanan. Saya tidak suka orang yang gemar menyifati kemaluan dan perutnya."
Kadang kala adat dalam bercakap-cakap ini diabaikan saja, sehingga tidak sedikit telah menciptakan kesal dan tersinggung lawan bicaranya.
Oleh sebab itu, agama Islam mengajarkan cara bercakap-cakap yang baik.
Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan biar percakapan kita menjadi berfaedah dan penuh hikmah.
Etika Bercakap-cakap.
1. Berbicara dengan santun.
Tak jarang ada seorang yang banyak berbicara mengenai segala hal tanpa ada faedahnya sama sekali, seolah hanya dialah yang paling tahu dan hebat dalam segala bidang.
Ia menganggap diamnya seseorang yang ada di depannya menunjukan bahwa ia kagum dengan pembicaraannya, sehingga ia pun memperpanjangnya.
Dari Abu Tsa'labah al-Khusyani bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya orang yang paling saya cintai dan paling akrab denganku di kahirat yakni yang terbaikakhlaknya di antara kalian, dan yang paling jauh dariku di alam abadi yakni yang paling buruk akhlaknya, yang banyak bicara, yang sombong lagi suka mengejek orang."
(HR. Ahmad).
Dengan kata lain, bila ingin akrab dengan Rasulullah SAW di alam abadi kelak, maka baguskanlah akhlak, jangan banyak bicara dan jangan sombong apalagi suka mengejek orang lain.
Sesungguhnya adat dan kesopanan berdasarkan kebiasaan orang yakni dengan memberi kesempatan yang lain berbicara, sebab mereka semua mempunyai kepingan untuk itu. Kecuali bagi bawah umur kecil dengan orang tua, hendaknya mereka memlihara adat dengan tidak banyak berbicara kecuali sebagai petunjuk tanggapan untuk lainnya.
(Ar-Riyadhah).
2. Tidak Memuji Diri Sendiri atau keluarga.
Islam melarang berbicara mengangkat diri sendiri hanya sekedar untuk suatu kebanggaan. Termasuk dalam hal ini yakni membicarakan kecerdasan anaknya, kekayaan, atau ihwal kegesitan istrinya mengatur rumah tangga.
Pada dasarnya memuji diri sendiri yakni terlarang, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat An-Najm ayat 32.
Allah SWT berfirman,
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu saat Dia mengakibatkan kau dari tanah dan saat kau masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kau menyampaikan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui ihwal orang yang bertakwa."
Memuji diri sendiri berdasarkan An-Nawawi dibagi menjadi 2 macam:
Yang Tercela, yaitu ia menceritakannya untuk kebanggaan, menampakkan kelebihan dan tampil beda dengan yang lain.
Yang Terpuji, jikalau hal itu diceritakan untk suatu kemaslahatan agama ibarat amar ma'ruf nahi munkar dan sebagainya.
3. Hati-hati saat Bicara
Ketika berbicara berhati-hatilah biar tidak menyinggung perasaan orang yang diajak bicara.
Amr bin Al-Ash berkata,
"Ketergelinciran kaki yakni tulang yang dapat diluruskan, sedangkan ketergelinciran mulut tidak meninggalkan (orang yang hidup kecuali akan dibinasakan) dan membiarkan (orang mati kecuali niscaya akan dihidupkan kembali).
(Bahjatul Majalis).
4. Tidak Terlalu Banyak Bertanya yang tidak Perlu.
Terlalu banyak bertanya yang tak perlu serta terlalucepat menjawab suatu pertanyaan juga merupakan hal yang harus direnungkan untuk dilaksanakan dalam adat bercakap-cakap.
Bukankah termasuk malu juga jikalau seseorang terlalu cepat menjawabsuatu pertanyaan sebelum yang bertanya tadi menuntaskan peratanyaannya.
Umar bin Abdul Aziz berkata,
"ada dua perangai yang tidak akan menjauhkanmu dari kebodohannya, yaitu terlalu cepat berpaling dan menjawab.
(Uyunul Akhbar).
5. Tidak Melayani Pe,bicara Rendahan dan Pandir.
Dari Ibnu Abbas ra berkata,
"Janganlah engkau bertengkar dengan orang penyantun dan orang pandir, sebab ornag penyantun akan membencimu dan orang pandir akan menyakitimu."
(Kitab Al-Uzlah).
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya:
Maka Apakah mereka merasa kondusif dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa kondusif dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
(Al-A'raf: 99).
6. Bicara Sesuai dengan Situasi dan Kondisi. Tidaklah layak sama sekali jikalau seseorang bergurau di kala tema pembicaraan sangat serius atau berusaha menciptakan orang tertawa.
(kitab Ar-Riyadha an Nadhirah).
7. Ketahui jikalau Lawan Bicara Bosan.
Ibnu Mas'ud berkata,
"Ajaklah bicara orang selama ia menghadapkan diri kepadamu dengan pendengarannya dan memperhatikanmu dengan pandangannya. Jika engkau melihat mereka bosan, maka berhentilah bicara."
(Zahrul Adab).
8. Menghargai Pembicaraan Seseorang sekalipun lebih tahu.
Mu'adz bin Sa'ad Al-A'war berkata,
"Saya pernah duduk di samping Atha bin Abi Rabah, kemudian ada seseorang yang yang memberikan suatu hadits. Atha pun murka dan berkata, Perangai apa ini. Sungguh saya mendengar hadits dari orang lain sedangkan saya lebih mengetahui ihwal hadits tersebut, tetapi saya perhatikan kepada orang itu seakan-akan saya tidak tahu apa-apa."
(Raudhatul Uqola).
9. Tidak meninggalkan Teman duduknya sampai menuntaskan pembicaraan.
10. Janagn terlalu cepat Memvonis.
11. Berusaha bercakap-cakap dengan bawah umur kecil.
Berguna untuk melatihnya berbicara, menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, meguatkan nalar serta menambah keberanian dan kepercayaan diri.
12. Tidak mengeraskan bunyi saat berada di Majelis.
13. Hindari Membicarakn perempuan dan makanan.
Dalam kitab Siyar A'lam an nubala bahwa Ahnaf bin Qais berwasiat,
"Jauhkanlah majelis kita dari membicarakan waita dan makanan. Saya tidak suka orang yang gemar menyifati kemaluan dan perutnya."
Sumber http://mtsmafaljpr.blogspot.com