√ Mengenal Dan Mengatasi Hama Wereng Pucuk Jambu Mete
Kabartani.com – Sanurus indecora Jacobi (Homoptera : Flatidae) dikenal dengan Wereng Pucuk Mete merupakan salah satu hama yang sanggup mengakibatkan penurunan produksi flora jambu mete.
Hama ini sebelum teridentifikasi dikenal sebagai Lawana candida. Serangan dimulai menjelang demam isu berbunga pada bulan April-Mei dan mencapai puncaknya pada demam isu berbunga (berbuah) pada bulan Agustus-September.
Pada demam isu berbunga kehilangan hasil jawaban serangan hama S. indecora sanggup mencapai 57,83%. Hama S. indecora banyak ditemukan di Lombok dan Sembawa (NTB) selain itu juga ditemukan di Wonogiri, Jawa Tengah.
Pengenalan
Hama S. indecora mempunyai siklus hidup tidak tepat (paurimetabola), yaitu telur – nimfa – kutu dewasa. Kutu remaja meletakkan telur secara berkelompok 30-80 butir di permukaan bawah daun, tangkai daun, dan tangkai pucuk. Kelompok telur ditutupi lapisan lilin berwarna putih atau krem.
Telur berbentuk oval, panjang 0.95 – 1.09 mm dan lebar 0.37 – 0.47 mm, berwarna putih, kemudian menjelma coklat menjelang menetas. Stadium telur berlangsung 6 – 7 hari.
Nimfa berwarna putih kekuningan dan tertutup tepung lilin berwarna putih. Nimfa tidak aktif bergerak, hanya meloncat bersahabat jikalau terganggu. Stadium nimfa berlangsung 42 – 49 hari.
Kutu remaja S. indecora terlihat sepeti kupu-kupu. Tubuh dan tungkai berwarna kuning pucat, sedangkan warna kepala dan sayap bervariasi yaitu putih, hijau pucat atau putih kemerahan. Pada sayap depan kadang kala terlihat garis merah di sepanjang tepinya.
Pada demam isu berbunga, gerombolan kutu terlihat menutupi tangkai bunga. Bekas keberadaan S. indecora ditandai dengan adanya embun jelaga pada permukaan daun bab atas serta lapisan lilin dan kulit nimfa yang ditinggalkan pada waktu nimfa berganti kulit.
Tanaman Inang
S. indecora merupakan serangga polifag yang banyak menyerang flora semusim dan tahunan. Tanaman inang S. indecora antara lain: belimbing, sirsak, ceremai, jambu biji, jambu air, jarak pagar, rambutan, mangga, jeruk, kemuning, mengkudu, cabe jawa, nangka, ubi kayu, gamal, srikaya, sawo, juwet, dll.
Gejala Serangan
Nimfa dan kutu remaja menyerang dengan cara menusuk dan mengisap cairan tanaman. Pada pucuk dan tangkai bunga, bekas serangan berupa titik-titik hitam agak menonjol ibarat bisul, yang jikalau dibelah akan terlihat bacokan tersebut mencapai floem dan xylem yang mengakibatkan pedoman zar hara menuju bunga terganggu.
Jika popolasi tinggi, serangan S. indecora pada tangkai bunga sanggup mengakibatkan bunga mengering dan gagal menjadi buah. Selain itu, jawaban serangan hama tersebut permukaan daun banyak ditumbuhi oleh cendawan jelaga, alasannya ialah adanya embun madu yang dihasilkannya sehingga mengganggu proses fotosintesis.
Pengendalian
Sebelum pengendalian, dilakukan pengamatan keberadaan telur (sebelum flora berbunga) dengan interval 1 ahad sekali, alasannya ialah telur menetas dalam waktu 6 – 7 hari. Pengendalian hama S. indecora sanggup dilakukan secara mekanis dan biologis.
Pengendalian Secara Mekanis
Bila serangga pradewasa atau remaja belum ditemukan, upaya pengendalian dilakukan dengan mengamati keberadaan telurnya. Telus S. indecora sanggup ditemukan pada permukaan daun bab atas dan bawah serta pucuk. Telur dikumpulkan kemudian dimusnahkan. Pengendalian ini akan efektif jikalau jumlahnya masih sedikit.
Pengendalian Secara Biologis
Memanfaatkan musuh alami yang tersedia di alam ibarat :
- Predator (laba-laba, kumbang Coccinelidae, Chrysopha sp., semut rangrang, belalang sembah dan belalang pedang).
- Parasitoid (Aphanomerus sp., bisa memarasit telur S. indecora hingga 90%) dan,
- Cendawan entomopatogen (Synnematium sp, dan Hirsutella sp. bisa menginfeksi hama Sanurus indecora).
Pemanfaatan musuh alami, khususnya predator dilakukan dengan mengonservasinya dengan membatasi penggunaan insektisida sintetis. Penggunaan insektisida sintetis hanya dilakukan sebagai alternatif terakhir.
Serangga yang mati terinfeksi akan tertutup massa cendawan berwarna coklat, dan umumnya tetap melekat pada daun atau tunas tanaman. Aplikasi cendawan dilakukan dengan cara penyemprotan pada sore hari. Untuk penyemprotan di lapang, cendawan dalam media jagung atau beras dihancurkan kemudian ditempatkan dalam wadah yang berisi air, kemudian disaring dan dimasukkan kedalam alat semprot.
Aplikasi cendawan Synnematium sp. dengan konsentrasi 20 g/l (setara dengan konsentrasi spora 1,64 x 108) efektif menekan populasi S. indecora hingga 23,86%.
Pengendalian secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi sanggup dilakukan dengan memakai insektisida nabati dan sintetis. Insektisida nabati yang sanggup dipakai dan banyak terdapat di NTB ialah mimba. Ekstrak air sederhana sanggup dibentuk dengan menggiling biji mimba hingga halus kemudian direndam dalam air selama satu malam, diaduk, disaring kemudian disemprotkan pada tanaman.
Konsentrasi mimba yang dipakai ialah 250 g biji per liter air. Untuk mendapat hasil yang maksimal, sanggup dipakai ekstrak mimba yang dibentuk di laboratorium. Serbuk biji mimba diekstrak dengan metanol dalam blender, kemudian residu biji disaring dan metanol diuapkan dengan rotary evaporator.
Ekstrak berupa cairan kental berwarna coklat kekuningan. Ekstrak kemudian dicampur dengan Tween 20, dilarutkan dalam etanol, kemudian diencerkan dengan air suling sesuai konsentrasi yang diinginkan (Prijono dan Hindayana 1994).
Pengendalian dengan insektisida sintetis merupakan alternatif terakhir alasannya ialah penggunaan yang tidak bijaksana sanggup mengakibatkan banyak sekali dampak negatif. Insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin dengan takaran 0,50 ml/l efektif mengendalikan S. indecora (Wiratno et al. 2003b).
Penelitian ambang ekonomi untuk pengendalian S. indecora belum dilakukan, sehingga nilai ambang ekonomi untuk pengendalian dengan insektisida sintetis belum diketahui. Namun demikian, Mardiningsih et al. (2004) melaporkan, populasi S. indecora rata-rata 12 ekor/pucuk sanggup menurunkan hasil 57,83%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pengendalian S. indecora dengan insektisida sintetis dilakukan sebelum pucuk berbunga dan populasinya mencapai 12 ekor/pucuk.
Simak juga :
- Inilah 12 Jenis Jambu Biji yang Ada di Indonesia
- Cara Cangkok Bertingkat pada Pohon Jambu Kristal
- Panduan Perbanyakan Benih Jambu Biji (Berbiji Sedikit)
Sumber https://kabartani.com