Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Berinfak Ilmiah, Pandai Amaliah

Konten [Tampil]

Ilmu merupakan pijakan dalam beramal, sebagai landasan berbuat dan mengarahkan perbuatan ke arah kebaikan. Dengan ilmu kita mengetahui segalanya. Seorang bijak pernah berkata, "Ilmu tanpa amal; cacat. Dan, amal tanpa ilmu; buta." Maaf kalau perkataan orang bijak ini salah redaksi. Atau, ada istilah bangsa Arab yang tak pernah luput dari ingatan kita, "Al-'ilmu bilaa 'amalin, kasy-syajari bilaa tsamar". Terjemahan bahasa Indonesianya lebih kurang menyerupai ini: "Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon tak berbuah. Hati-hati, ini bukan hadits, melainkan pepatah alias 'ibarah. Makanya, kalau berdakwah, pakailah dalil sesuai sumbernya. Jangan pepatah dianggap hadits.

Singkatnya, ilmu harus aplikatif. Pengetahuan yang kita peroleh harus aplikatif. Benar ya, ilmu itu harus aplikatif. Ilmu harus amaliah. Sebaliknya, beribu-ribu amal yang kita lakukan tidak akan berbuah apa-apa melainkan kelelahan. Apa maksudnya? 'Amal yang dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan, tidak hanya mengerahkan segenap jiwa raga dan otot, namun nalar pun berperan.

Andaikata kita shalat fardlu tanpa wudlu, ya mungkin sebab tidak tahu ilmunya, lantas kita shalat ber-rakaat-rakat hingga tubuh pegal-pegal. Apakah akan berbuah pahala? Tentunya tidak. Manusia pembelajar selalu melaksanakan segala pekerjaannya didasarkan pada ilmu yang ia peroleh. Amal merupakan konsekuensi dari ilmu. Untuk itu, setiap ilmu harus aplikatif, dan setiap amal harus ilmiah. Ilmu harus profesional, dan profesionalisme harus ilmiah!


Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Ilmu itu dipelajari semoga dengannya seseorang sanggup bertakwa kepada Allah" (Al-Hilyah : 6/362).
Maka tujuan dari mempelajari ilmu yaitu untuk berinfak dengannya dan bersungguh-sunggguh dalam menerapkannya. Dan ini terdapat pada orang-orang yang berakal, yang dikehendaki Allah Ta'ala bagi mereka kebaikan hidup di dunia dan akhirat.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abi Barzah Al Aslami, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamKedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari selesai zaman hingga ia ditanya ihwal umurnya dalam hal apa ia habiskan, ihwal ilmunya dalam hal apa ia kerjakan dengannya, ihwal hartanya dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan ihwal tubuhnya dalam hal apa ia gunakan". Dalam riwayat Thabrani dan Al-Bazzar dengan lafadz : "... dan ihwal ilmunya apa yang diamalkannya dari ilmu tersebut". bersabda : "
Abu Darda radhiyallohu anhu berkata : "Engkau tidak akan menjadi alim hingga engkau berilmu, dan engkau dengan ilmu tadi tidak akan menjadi alim hingga engkau mengamalkannya".
Abu Darda radhiyallohu anhu juga berkata : "Sesungguhnya hal pertama yang akan ditanyakan Robbku di hari selesai zaman yang paling saya takuti yaitu tatkala Dia berkata : ‘Engkau telah berilmu, maka apa yang telah kau amalkan dari ilmumu itu?".
Abu Hurairoh radhiyallohu anhu berkata : "Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan harta simpanan yang tidak dinfakkan di jalan Alloh Ta'ala".
Az-Zuhri berkata : "Orang-orang tidak akan mendapatkan ucapan seorang alim yang tidak beramal, dan tidak pula orang berinfak yang tidak berilmu".
Abu Qilabah berkata : "Jika Alloh menjadikanmu berilmu maka jadikanlah ilmu itu sebagai ibadah kepada Alloh, dan janganlah kau hanya berorientasi untuk menyampaikannya kepada orang lain (tanpa mengamalkannya)".
Abdullah bin Al Mu'taz berkata : "Ilmu seorang munafiq pada lidahnya, sedang ilmu seorang mukmin pada amalannya".
Amal yaitu pendorong untuk tetap menjaga dan memperkokoh ilmu dalam sanubari para penuntut ilmu, dan ketiadaan amal merupakan pendorong hilangnya ilmu dan mewariskan kelupaan. Asy Sya'bi berkata : "Kami dahulu meminta pinjaman dalam mencari hadits dengan berpuasa, dan kami dahulu meminta pinjaman untuk menghapal hadits dengan mengamalkannya".
As Sulamiy berkata : "Telah memberi kabar kepada kami dari orang-orang yang mengajari Al-Qur'an kepada kami, bahwa mereka (para shahabat Nabi) dahulu berguru Al-Qur'an dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam dimana mereka apabila mempelajari sepuluh ayat mereka tidak akan beranjak ke ayat berikutnya hingga mereka mengamalkan kandungannya".
Sesungguhnya orang yang ndeso kelak di hari selesai zaman akan ditanya kenapa ia tidak berguru (mencari ilmu), sedangkan orang yang berilmu akan ditanya apa yang telah diamalkan dengan ilmunya. Jika ia meninggalkan amal, maka ilmunya akan berbalik menjadi hujjah bagi dirinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Pada hari selesai zaman nanti, seseorang akan digiring kemudian dilemparkan ke dalam api neraka hingga isi perutnya terburai keluar. Kemudian penghuni neraka bertanya kepadanya : ‘Bukankah kau dahulu menyerukan kebajikan dan melarang kemungkaran?' Ia menjawab : ‘Saya dahulu menganjurkan kebaikan tapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang kemungkaran tapi saya sendiri mengerjakannya'."(HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda : "Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada insan dan melupakan dirinya, menyerupai lilin yang menerangi insan tetapi aben dirinya sendiri". (HR. Thabrani).
Yahya bin Muadz Ar Razi berkata : "Orang miskin pada hari selesai zaman yaitu orang yang ilmunya berbalik menjadi hujjah baginya, ucapannya berbalik menjadi musuhnya, dan pemahamannya yang mematahkan udzurnya".
Ibnul Jauzi berkata : "Orang yang benar-benar sangat patut dikasihani yaitu orang yang menyia-nyiakan umurnya dalam suatu ilmu yang tidak ia amalkan, sehingga ia kehilangan kesenangan dunia dan kebaikan akhirat, kemudian dia saat hari selesai zaman dalam tiba dalam keadaan gulung tikar dengan kuatnya hujjah atas dirinya". (Shoidul Khatir hal. 144).


Sumber http://mtsmafaljpr.blogspot.com