√ Cara Pengendalian Populasi Lalat Buah
Kabartani.com – Indonesia termasuk ke dalam daerah Asia Tropis yang mempunyai lahan yang subur bagi pertumbuhan aneka macam macam buah dan sayuran. Secara umum, kondisi tersebut juga merupakan kondisi yang cocok bagi berkembangnya beraneka macam serangga baik hama maupun serangga yang menguntungkan lainnya.
Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan salah satu kelompok hama yang paling banyak mengakibatkan kerugian terhadap produksi buah-buahan di daerah ini termasuk di Indonesia sehingga kualitas dan kuantitas buah-buahan di negara kita menjadi sangat rendah.
Lalat buah ini merupakan hama yang mengakibatkan problem serius hampir di seluruh negara yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Indonesia mempunyai sekitar 20 jenis Bactrocera dorsalis komplek dari 52 jenis Batrocera yang ada dan 14 jenis diantaranya diduga endemik di daerah Indonesia.
Lalat buah merupakan hambatan utama bagi pemasaran produk buah-buahan ke negara-negara dengan pasar yang menjanjikan menyerupai Jepang dan Amerika Serikat, sehingga keberhasilan produk dan kualitas dari buah-buahan yang ada sangat bergantung pada keberhasilan administrasi dan pengendalian lalat buah tersebut.
Aspek-aspek lain yang juga dibutuhkan sebagai gosip dalam administrasi dan pengendalian lalat buah ini yakni mengenai karakteristik spesies lalat buah (Bactrocera sp.).
Pengendalian populasi lalat buah yang efektif melalui suatu bentuk manipulasi sikap dalam siklus hidupnya yang sanggup menurunkan populasi lalat buah perlu dilakukan biar kualitas dan kuantitas produk buah sanggup meningkat dan berdampak pada kegiatan ekspor buah yang pada alhasil berdampak positif terhadap kemajuan perekonomian negara melalui pertambahan devisa.
Karakteristik Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Lalat Buah Bactrocera sp. termasuk ke dalam famili Tephritidae yang merupakan famili dengan jumlah terbesar dari ordo Diptera. Famili ini terdiri dari 4000 spesies yang terbagi dalam 500 genus
Kingdom | Animal |
Phyllum | Invertebrata |
Class | Insecta |
Ordo | Diptera |
Family | Tephritidae |
Genus | Bactrocera |
Species | Bactrocera carambolae Drew & Hancock |
(Anonim, 1999)
Daerah Distribusi Lalat Buah Bactrocera sp.
Lalat buah Bactrocera sp.ini biasa ditemukan pada daerah tropis maupun subtropis dan hidup kosmopolitan hampir di seluruh belahan dunia kecuali Antartika. Lalat buah Bactrocera sp. banyak dijumpai di Indonesia (Jawa, Sumatera, dan Timor), Malaysia, Thailand, dan kepingan Asia lainnya menyerupai Myanmar dan Srilangka. Lalat buah ini juga banyak dijumpai di daerah Guyana, Amerika Selatan dan juga di Daerah Suriname.
Daur Hidup Lalat Buah Bractocera sp.
Daur hidup lalat buah secara umum bervariasi pada tiap spesies dengan tumbuhan inang yang berbeda-beda. Daur hidup aneka macam spesies lalat buah disajikan oleh White & Elson-Harris (1992) pada tabel di bawah ini:
Spesies Lalat Buah | Daur Hidup (Hari) |
Anastrepha fraterculus | 36-56 |
Anastrepha ludens | 23-72 |
Bactrocera cucurbitae | 23-72 |
Bactrocera dorsalis | 20-85 |
Bactrocera oleae | 22-28 |
Bactrocera tyroni | 19-40 |
Ceratitis capitata | 14-26 |
Tabel Daur Hidup aneka macam Spesies Lalat Buah
Gejala Serangan
Serangan dari lalat buah ini sanggup meningkat pada daerah yang mempunyai iklim yang sejuk dengan kelembaban relatif tinggi dan kondisi angin yang tidak terlalu kencang. Curah hujan juga mempengaruhi tingkat serangan dari lalat buah ini dimana curah hujan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan populasi yang tinggi pula.
Gejala serangan lalat buah ini biasanya berupa noda-noda kecil bekas bacokan pada buah yang mengakibatkan bercak coklat dan lubang di sekitar buah. Banyaknya jamur dan basil yang hidup sekitar lubang tersebut makin mempercepat proses pembusukan buah sehingga buah tersebut gugur sebelum waktunya (Putra,1997)
Musuh Alami
Musuh alami dari lalat buah terdiri dari tiga kelompok yaitu parasitoid, predator, dan mikroorganisme patogen. Tahapan hidup dari lalat buah yang paling rawan diserang oleh musuh alami ini yakni pada dikala tahapan instar akhir, pupa, dan imago yang gres keluar.
Telur dan larva instar awal cenderung terlindungi dari serangan musuh alami alasannya masih berada dalam buah. Akan tetapi, ternyata telur dan larva instar awal juga sanggup terkena serangan dari parasitoid, tungau dan mikroorganisme patogen (Artayasa,1999).
Sebagian besar larva dan pupa dari lalat buah ini diserang oleh parasitoid dari ordo Hymenoptera khususnya famili Braconidae tetapi ada juga serangga lain yang menyerang dari famili Chalcididae.
Predator lalat buah ini biasanya berasal dari ordo (Hymenoptera:Formicidae) yaitu semut dan serangga dari famili Carabidae dan Staphinidae (Coleoptera), Chrysopidae (Neuroptera), dan Pentatomidae (Hemiptera). Mikroorganisme patogen ini terdiri dari jenis basil dan jamur dimana Penicillium dan Seratia dari jenis basil dan Mucor dari jenis jamur (Bateman, 1972).
Pengendalian Populasi Lalat Buah Bactrocera sp.
Pengendalian populasi dari lalat buah perusak ini telah banyak dilakukan dengan memakai beberapa metode diantaranya yaitu
1. Metode penghilangan jantan (Male Annihilation Method)
Male Annihilation Method (MAM) nerupakan suatu metode pengendalian dengan memakai metil eugenol (ME) yang dicampurkan dengan sedikit insektisida. ME komersial yang dipakai dalam kegiatan pengendalian ini termasuk dalam golongan paraferomon (Tan,1996).
MAM bertujuan untuk menekan populasi lalat buah jantan sehingga probabilitas terjadinya perkawinan pada lalat buah akan menurun. Penurunan probabilitas perkawinan pada lalat buah akan besar lengan berkuasa terhadap penurunan populasi pada generasi selanjutnya. Penerapan MAM telah dilakukan di Mauritus untuk mengendalikan Bactrocera dorsalis (Hendel), di Amerika Selatan untuk mengendalikan Bactrocera carambolae Drew& Hancock.
2. Teknik Jantan Mandul (Sterile Male Technique)
Sterile Male Technique (SIT) merupakan suatu bentuk metode pengendalian dengan ”membanjiri” suatu area dengan populasi serangga jantan yang steril yang kemudaian akan mengawini betina normal. Perkawinan tersebut diharapkan sanggup menghasilkan keturunan atau telur-telur yang infertil yang selanjutnya diharapkan sanggup menurunkan populasi serangga tersebut (Pedigo,1999).
Produksi massal lalat buah yang steril ini dilakukan pada suatu ’rearing factory’ dimana lalat jantan steril diproduksi secara massal dengan meradiasi pupa lalat jantan memakai 145 gy (14,5 krad) dalam sumber Co60. Rasio jumlah jantan steril yang dilepaskan ke alam harus lebih besar dari jantan normal sehingga jantan steril mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bereproduksi dengan betina normal (Pedigo,1999).
3. Penggunaan musuh alami (Kontrol Biologis)
Agen kontrol biologis pada serangga sanggup merupakan parasit, parasitoid, predator, dan mikroorganisme patogen. Penggunaan musuh alami menyerupai benalu dan predator sanggup mengontrol lalat buah secara signifikan di alam. Keuntungan melepaskan musuh alami menyerupai parasitoid secara masal dibandingkan melepaskan lalat buah jantan steril sanggup mengurangi imbas radiasi yang sanggup berbahaya.
4. Bait Application Technique (BAT)
Aplikasi umpan makanan atau umpan protein sanggup dilakukan untuk mengawasi ataupun mengendalikan lalat buah. Umpan makanan yang ditempatkan pada suatu perangkap merupakan cara untuk mengawasi populasi lalat buah dari waktu ke waktu. Umpan protein ini biasa diproduksi atau dihasilkan dari hasil autolisis atau hidrolisis ragi (yeast hydrolysate) sebagai sumber protein bagi lalat buah. Penggunaan umpan protein ini cukup efektif dalam menarik lalat buah jantan dan betina dalam jumlah yang banyak dan bersifat ramah lingkungan.
Kesimpulan
Lalat Buah Bactrocera sp. yakni hama utama yang menyerang buah-buahan dan termasuk ke dalam famili Tephritidae yang merupakan famili dengan jumlah terbesar dari ordo Diptera.
Bentuk-bentuk pengendalian Lalat Buah Bactrocera sp antara lain:
- Metode penghilangan jantan (Male Annihilation Method)
- Teknik Jantan Mandul (Sterile Male Technique)
- Penggunaan musuh alami (Kontrol Biologis)
- Bait Application Technique (BAT)
Simak juga:
- Penyebab dan Penanganan Serangan Lalat di Lingkungan Peternakan
- Pemanfaatan Lalat BSF Sebagai Agen Biokonversi Sekaligus Sumber Protein Alternatif Untuk Pakan Ternak
Sumber https://kabartani.com