Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Materi Penyubur Tanah Dalam Budidaya Pertanian Organik

Konten [Tampil]

Kabartani.com – Bahan penyubur tanah dalam sistem pertanian organik antara lain ialah pupuk organik/kompos, pupuk hayati, atau materi pupuk alam. Pupuk organik dibentuk dari pupuk sangkar dan sisa tanaman. Pupuk hayati yang sanggup dimanfaatkan ialah penambat N, pelarut P, dan dekomposer. Pupuk organik yang akan dipakai dalam sistem budidaya pertanian organik mengacu pada SNI 6729:2013.


Penggunaan pupuk organik pada sistem pertanian organik lebih ketat aturannya dibandingkan pada budidaya pertanian non-organik (konvensional). Bahan baku pupuk organik untuk budidaya pertanian organik bersumber dari materi yang ke-organikannya sanggup ditelusuri. Apabila materi baku berasal dari sumber non-organik maka penggunaannya dibatasi.


Oleh sebab itu, sebaiknya pupuk organik untuk budidaya pertania organik dibentuk secara insitu (dalam kebun organik) dengan memanfaatkan materi organik yang tersedia dilahan yang terintegrasi dengan ternak organik. Dalam kondisi tertentu, diperbolehkan memupuk tumbuhan organik dengan materi mineral alami ibarat kapur, dolomit, batuan fosfat alam, dsb.


Pembatasan penggunaan pupuk organik sebagai materi penyubur tanah dari materi tumbuhan dan peternakan non-organik sanggup dilakukan apabila: a) pada awal pembukaan kebun organik belum tersedia tumbuhan dan ternak organik, b) pertanaman megalami tanda-tanda kekurangan unsur hara tertentu dimana sumber hara tersebut berasal dari materi yang dibatasi.


Pengomposan


Cara dan materi pembuatan pupuk organik/kompos sangat bervariasi dengan metode sederhana sampai teknik tinggi, sehingga menghasilkan kualitas pupuk organik yang beragam. Kompos merupakan produk selesai dari suatu proses pengomposan dari materi organik.


Bahan organik segar memiliki selulosa dan lignin yang tinggi, tetapi belum terurai. Kompos yang sudah matang, selulosa atau lignin sudah terurai, sehingga unsur haranya sanggup diserap tanaman.


Prinsip pengomposan ialah untuk menurunkan rasio C/N materi organik menjadi kurang dari 20. Proses penguraian ini terjadi secara biokimia dan dilakukan oleh mikroba pengurai atau pendegradasi, atau dekomposer. Semakin tinggi nilai C/N materi organik memerlukan waktu pengomposan semakin lama. Waktu pengomposan bervariasi dari 1 ahad sampai satu bulan, tergantung materi dan cara pengomposan.


Selain oleh mikroba, pengomposan sanggup juga memakai cacing sebagai pengurai. Hasil jadinya dinamakan vermikompos atau kompos cacing, vermicast, atau pupuk kotoran cacing. Vermikompos merupakan materi yang kaya hara, sanggup dipakai sebagai pupuk alami atau soil conditioner (pembenah tanah).


Bahan penyubur tanah yang sanggup dipakai dalam sistem pertanian organik:


1. Sisa Tanaman (jerami, brangkasan, tandan kosong kelapa sawit, kulit buah kakao) dan sisa hasil pertanian (sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, blotong), limbah dari media jamur. Bahan ini tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga memiliki nilai C/N tinggi, memerlukan waktu pengomposan lebih lama.


2. Rumput dan pangkasan tumbuhan lorong/pagar dari kebun organik: sisa pangkasan rumput dan tumbuhan pagar yang tergolong tumbuhan legum. Bahan ini sanggup dikomposkan atau diberikan dalam bentuk segar.


3. Kotoran dan urine dari sapi, kambing, kuda dan unggas. Kotoran ternak organik (tidak dibudidayakan dengan hormon dan konsentrat) sanggup digunakan. Apabila berasal dari peternakan modern sangat dibatasi penggunaannya. Bahan ini memiliki nilai C/N agak tinggi sehingga harus dikomposkan. Kotoran ayam memiliki kadar N lebih tinggi.


4. Tanaman legum/kacang-kacangan (azola, sesbania, mukuna, turi, lamtoro, orok-orok/clotatalaria) yang memiliki C/N rendah atau kurang dari 20 sering disebut pupuk hijau, ditanam sebagai tumbuhan lorong atau tumbuhan pagar di sekeliling kebun. Pangkasan tumbuhan legun sanggup eksklusif diaplikasikan dalam bentuk segar sebagai mulsa atau dibenamkan ke dalam tanah.


5. Sampah organik rumah tangga dan pasar domestik. Apabila didominasi materi sisa sayuran dan buah-buahan maka materi ini gampang terdekompisisi (C/N rendah).


6. Pupuk hayati mikroba, kuman penambat N2 udara bebas (rhizobium), kuman pelarut P, fungi/jamur Trichoderma, Azotobacter, ganggang hijau biru (blue green algae), dan ganggang hijau.


7. Vermikompos atau kascing merupakan hasil selesai dari penguraian materi organik oleh jenis-jenis cacing tertentu.


Simak juga :




Sumber https://kabartani.com