Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Vaksin Bivalen Lindungi Unggas Dari Janjkematian Massal

Konten [Tampil]

Kabartani.com – Kejadian serangan massal flu burung di Indonesia pernah booming pada 15 tahun yang lalu. Pada 2003, untuk pertama kali, virus Avian Influenze (AI) atau yang dikenal dengan H5N1 berhasil diidentifikasi. Sejak itulah, virus ini menjadi endemis dan sanggup ditularkan dari binatang ke insan (zoonosis).


Selain menyerang golongan ayam menyerupai ayam layer, ayam broiler, dan ayam kampung, virus AI juga telah berkembang dalam badan itik dan unggas air. Namun jenis unggas ini relatif lebih tahan terhadap abses virus AI alasannya yaitu tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit apalagi mati. Namun, virus H5N1 terus berkembang. Dengan ditemukannya bencana itik yang mati terjangkit virus AI, membawa warta gres adanya virus AI subtipe H5N1 clade 2.3.2.


Untuk diketahui, berdasarkan penjabaran WHO/OIE/FAO, semua virus H5N1 yang diisolasi dari unggas dan insan di Indonesia termasuk dalam dalam clade 2.1. Hasil penelitian pun memperlihatkan kemungkinan besar virus AI clade 2.3.2 tersebut merupakan introduksi virus dari luar Indonesia.


Oleh alasannya yaitu itu, vaksinasi menjadi hal mutlak untuk dilakukan dalam taktik biosecurity peternakan. Pemilihan vaksin AI pun harus tepat. Jika tidak, maka sanggup mengakibatkan banyak permasalahan menyerupai mengakibatkan virus gres jawaban tekanan imunologis dari vaksinasi.


Vaksin Bivalen AI H5N1


Akhir-akhir ini, peternak mencurigai serangan virus AI clade 2.3.2 terutama pada itik yang menimbulkan ajal tinggi, selain tetap mencurigai virus AI clade 2.1.3 yang serangannya telah berlangsung cukup usang (10 tahun).


Keberadaan kedua clade virus mengharuskan adanya perkembangan vaksin untuk menangkal. Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan vaksin bivalen.


Vaksin bivalen yaitu vaksin yang dibentuk dari dua jenis virus yag berbeda. Vaksin bivalen produksi BB Litvet mengandung seed virus AI clade 2.1.3. (A/chicken/West Java/Pwt-Wiji/2006) dan clade 2.3.2 (A/Muscovy duck/Banten/BR7/2013) asal Indonesia.


Virus AI clade 2.1.3 merupakan virus AI hasil identifikasi BB Litvet yang mengalami antigenic drift yang diisolasi pada tahun 2006 (Dharmayanti et al, 2011). Virus ini merupakan salah satu yang ditetapkan dan direkomendasikan pemerintah sebagai seed vaksin H5N1 pada unggas di Indonesia.


Vaksin Bivalen ini diklaim bersifat lebih protektif dalam memperlihatkan pinjaman dari tanda-tanda klinis dan kematian. Selain itu, keunggulan lainnya yaitu sanggup menurunkan penyebaran virus AI dari binatang yang terinfeksi.


Jadi, peternak tak perlu takut lagi, sudah ada invensi Balitbangtan berupa vaksin bivalen AI H5N1. Namun demikian, pelaku perjuangan peternakan tetap perlu memperhatikan faktor-faktor penyebab out-break AI, menyerupai faktor lingkungan kandang, faktor manajemen, faktor genetik virus AI, dan faktor kekebalan atau antibodi.


Kepala Balai PATP, Retno Sri Hartati Mulyandari, menyatakan bahwa vaksin bivalen ini telah didaftarkan pinjaman patennya dengan nomor P00201505325.


Simak juga: Mengatasi Virus Flu Burung Pada Unggas dengan Pemutih Pakaian


Ditulis : Vyta Wahyu Hanifah



Sumber https://kabartani.com