√ Tiongkok Harus Berpikir 2 Kali Sebelum Mengancam Akan Menyerang Orang As
Konten [Tampil]
WW3 - Cina mengkhianati tingkat kecemasan strategis yang belum terlihat sebagai efek dari tarif perdagangan yang membayangi dan kembalinya ke tugas kekuatan historisnya di Asia sepertinya telah mandek.
Pada 20 Desember, Laksamana Muda Cina Lou Yuan, saat berbicara di sebuah konferensi perdagangan militer mengumumkan bahwa apa yang paling ditakuti AS ialah banyak korban dan bahwa cara termudah untuk mengalahkan tentangan utama Tiongkok ialah menenggelamkan 2 supercarrier AS yang menewaskan lebih dari 10.000 pelaut dalam proses. Ketika itu terjadi, Laksamana Lou mengumumkan, kemudian "kita akan melihat betapa takutnya AS."
Pernyataan Lou diikuti hanya beberapa hari kemudian oleh presiden Cina, Xi Jinping yang mengancam menyampaikan Cina "memiliki opsi untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan" untuk memastikan "penyatuan kembali secara damai" dengan Taiwan, sebuah demokrasi yang telah mengatur dirinya sendiri terpisah dari Cina semenjak 1949 dan Xi menambahkan bahwa Beijing bersedia "memerangi pertempuran berdarah melawan musuh-musuh kita," dan meramalkan dengan mengancam bahwa "Reunifikasi ialah tren historis dan jalan yang benar, kemerdekaan Taiwan ialah jalan buntu."
Ini ialah eskalasi tajam dari bahasa. Diambil dengan contoh-contoh retorika bellicose lainnya yang semakin banyak dikeluarkan dari para pejabat Beijing yang terang bahwa Xi Jinping dan para pendukungnya sangat terguncang oleh insiden baru-baru ini.
Para pemimpin Cina berasumsi sehabis krisis keuangan global 2008 bahwa waktu negara ekonomi Komunis yang dikendalikan dari sentra telah tiba. Itu akan mendapat kembali tugas bersejarahnya di wilayah tersebut. Hal itu bisa menghilangkan jubah kenaikan hening untuk mengambil tugas hegemonik di wilayah Asia-Pasifik.
Tetapi Xi dan para pengikutnya telah menyaksikan inisiatif diplomatik, ekonomi dan militer mereka gagal untuk menyebabkan peningkatan perlawanan dari negara-negara Indo-Pasifik lain daripada penataan kembali yang diharapkan Tiongkok. Sekarang tarif perdagangan manajemen Trump mengancam akan mengacaukan ekonomi Tiongkok yang menyebabkan kegagalan kaskade taktik Xi Jinping yang lebih luas dan mengancam akan melemahkan legitimasi Partai Komunis alhasil serangan yang lebih besar lengan berkuasa dan lebih melengking.
Upaya frustasi Cina untuk mendapat kembali momentum bagaimanapun mengkhianati ketidaktahuan budaya AS.
Cina menganggap kurangnya fokus strategis pemerintahan George W. Bush dan kebijakan luar negeri "pimpinan dari belakang" pemerintahan Obama yang pasif sebagai pembusukan dan penurunan AS. Pada kenyataannya bahwa aspek-aspek dasar ekonomi AS tetap besar lengan berkuasa dan semangat usaha AS tidak mati hanya tidur. Mereka yang akan percaya bahwa tenggelamnya 2 kapal induk akan memicu dorongan menuju mundur akan lebih baik untuk menciptakan diri mereka sadar akan sejarah AS dan peristiwa-peristiwa yang berdampak ibarat tenggelamnya Lusitania dari serangan di Pearl Harbor dan kehancuran dari World Trade Center ihwal jiwa nasional. Apa yang beberapa orang beri label impuls Jacksonian sanggup digambarkan sebagai kecenderungan ke arah amarah yang besar. Yang niscaya itu terbakar sendiri.
Tapi jangan salah bahwa setiap serangan terhadap 1 kapal induk AS oleh pesawat jarak jauh, rudal jelajah atau rudal balistik niscaya akan menghasilkan respons terhadap pangkalan dari mana senjata itu diluncurkan, sensor yang terkait dengan mereka dan perintah-dan- mengendalikan titik-titik yang mengarahkan mereka dan kemudian AS akan mengalihkan perhatiannya pada armada angkatan bahari dan pedagang Tiongkok.
Sebelum Cina tahu apa yang terjadi, itu akan terputus dari sumber energi dan materi mentah di luar negeri yang memicu ekonomi impor / ekspornya. Dalam beberapa ahad akan tanpa materi bakar dan pabrik-pabriknya akan ditutup. Ekonomi Amerika yang didirikan di negara yang mempunyai sebagian besar sumber daya yang tersedia di dalam negeri akan bisa mengatasi angin kencang bahkan jikalau Cina berusaha untuk naik tangga eskalasi dan menyerang target di Amerika Utara.
Bagi Cina lebih baik mengendalikan suaranya yang lebih menakutkan dan mendekati meja negosiasi dengan AS atas problem perdagangan dengan itikad baik dan dengan keterbukaan terhadap kompromi kasatmata pada problem ekonomi yang memecah belah kedua negara kita daripada beralih ke pedang nasionalis berderak.
Xi Jinping harus berusaha lebih keras untuk memahami posisi strategisnya yang bahwasanya sambil mengingat bahwa ia yang mengendarai harimau merasa kesulitan untuk turun. Tidak akan ada kembali ke hegemoni global atau status Kerajaan Tengah. Cina membawa lilinnya keluar dari bawah keranjang terlalu cepat dan ambisi yang lebih luas dan bernafsu telah terungkap.
Adapun AS bahwa hal itu harus mengikuti jejak Presiden Trump dan penjabat Menteri Pertahanannya yang gres Patrick Shanahan yang di antara mereka telah mengidentifikasi bahwa kita berada dalam kurun persaingan kekuatan besar yang akan membutuhkan lebih banyak upaya dan fokus itu persaingan ialah Cina, dan Cina dan Cina.