√ Google Minta Supaya Pengguna Berhenti Memakai Sistem Windows 7
Konten [Tampil]
Selain Microsoft sebagai pengembang sistem operasi Windows, ternyata Google memberi peringatan ke para pengguna Windows 7 supaya segera hijrah ke sistem operasi yang paling baru. Dalam hal ini, tampaknya yang dimaksud ialah sistem operasi Windows 10.
Yang jadi pertanyaan, mengapa Google ikut-ikutan mengkampanyekan supaya pengguna meninggalkan sistem operasi Windows 7? Sedangkan pengembang sistem operasi ini ialah Microsoft bukanlah Google.
Alasannya ialah sebagaimana diungkapkan oleh Threat Analysis Group, Clement Lecigne, bahwa Google telah menemukan dua bug / celah keamanan pada sistem Windows 7. Yang pertama, celah keamanan tersebut ada pada Google Chrome dan yang satunya lagi ada pada sistem Windows itu sendiri.
Dikutip dari Softpedia, Google menyatakan bahwa bug keamanan yang ada pada Chrome bergotong-royong telah selesai diatasi dengan perilisan patch bersama update beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi celah keamanan yang ada pada sistem Windows 7 masih belum sanggup diatasi.
Microsoft menyampaikan bahwa celah keamanan ini berada pada driver kernel Windows win32k.sys. Sementara itu, celah keamanan Windows 7 tersebut tidak ada di sistem Windows 10, lantaran sistem operasi anyar itu telah dilengkapi dengan mitigasi embel-embel yang bisa memblokir aksi penyerangan dari bug semacam ini.
Tim peneliti keamanan Google sendiri telah melaporkan celah keamanan ini kepada Microsoft. Perusahaan yang basisnya di Redmond, Amerika Serikat ini juga mengkonfirmasi bahwa sekarang sedang mengerjakan solusi untuk perbaikan problem tersebut.
Oleh lantaran itu, satu-satunya cara dalam mencegah supaya tidak menjadi korban dari problem keamanan tersebut, Google merekomendasikan supaya pengguna sistem Windows 7 segera pindah ke Windows 10. Di sisi lain, bila patch untuk bug tersebut telah tersedia, maka setiap pengguna harus cepat memasangnya.
"Ini merupakan celah keamanan yang serius di Windows dan kami tahu sedang dieksploitasi secara aktif dalam serangan tertarget," ujar tim peneliti keamanan Google dalam penyampaiannya kepada perusahaan.
Sekedar pengingat, bahwa Windows 7 sendiri memang merupakan sistem operasi lawas dari Microsoft. Sistem operasi ini pertama kali diluncurkan pada 2009 dan tahun 2020 nanti Microsoft akan menghentikan derma untuk sistem Windows 7 ini.
Microsoft: Windows 7 Tidak Lagi Aman
Meskipun Microsoft telah lama merilis Windows 10 semenjak 2015, tapi tak dipungkiri masih banyak yang menggunakan sistem operasi Windows lawas. Salah satunya ialah sistem operasi yang banyak dikenal mempunyai pengguna setia, yaitu Windows 7.
Baca juga: Cara Ampuh Menghapus Aplikasi Bawaan Windows 10 Yang Sulit Dihapus
Melihat kondisi ibarat itu, Microsoft kembali mengingatkan pada pengguna Windows 7 bahwa sistem operasi tersebut sudah terlalu lama. Microsoft menyampaikan bahwa pengguna yang masih menggunakan sistem operasi Windows 7 sangat rentan terkena serangan malware.
Melalui postingan terbaru, Microsoft menjelaskan bahwa Windows 7 termasuk platform lawas dengan sejumlah keterbatasan, baik dari segi derma keamanan ataupun hardware. Terlebih, tidak lama lagi seluruh derma bagi Windows 7 juga akan dihentikan.
"Saat ini Windows 7 tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan teknologi modern, termasuk untuk kebutuhan perangkat dengan keamanan tinggi," tutur Markus Nitschke, Head of Windows Microsoft Germany sebagaimana dikutip dari Forbes.
Selain itu arsitektur keamanan platform ini telah usang, sehingga pengguna yang menggunakan Windows 7 untuk menjalankan bisnis, semakin rentan terhadap serangan siber. Biaya yang dikeluarkan juga akan lebih besar dikarenakan problem kompabilitas pada sistem operasi ini tidak lagi sanggup diandalkan.
Beberapa perusahaan manufaktur juga telah menghentikan update derma driver untuk Windows 7. Microsoft pun telah mengumumkan batas simpulan derma bagi sistem operasi Windows 7 ialah pada Januari 2020.
Di lain sisi, Microsoft memang sedang gencar meningkatkan jumlah pengguna Windows 10. Bahkan, dalam suatu kesempatan Chief Marketing Officer Microsoft Chris Capossela mengakui cara perusahaan dalam menggenjot pertumbuhan Windows 10 terbilang agresif.
Hal itu mengakibatkan banyak pengguna Windows 10 melempar kritik, alasannya ialah update dilakukan dengan cara 'memaksa' pengguna. Bukan itu saja, ukuran file yang terlalu besar serta durasi update yang cukup sering juga menciptakan pengguna gregetan.
Sebab itu, Microsoft mencari solusi untuk menciptakan file pembaruan Windows menjadi lebih kecil. Perusahaan yang berbasis di Redmond itu sedang menyiapkan 'Unified Update Platform', yang memberi ukuran pembaruan lebih ringkas.
Sumber http://www.fajrinfo.com