√ Pemanfaatan Jerami Untuk Memperbaiki Sifat Fisik, Kimia Dan Biologi Tanah
KABARTANI.com – Penggunaan Jerami Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah cukup prospektif untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Terlebih lagi di daerah-daerah dimana materi organik cukup banyak tersedia. Hal ini bisa dijadikan alternatif mengingat semakin mahalnya harga pupuk buatan disamping sebab kerusakan tanah akhir diolah dan dimanfaatkan secara terus-menerus.
Dalam proses pengomposan jerami tak lepas dari peranan mikroba lignolitik dan selulolitik sangat vital, sebab kedua mikroba tersebut menerima energi dan karbon dari hasil proses perombakan bahan-bahan yang mengandung karbon. Dalam pembuatan kompos dari jerami bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu ditumpuk dengan dibalik dan ditumpuk dengan ventilasi tanpa dibalik.
Simak juga : Cara Membuat Pot Organik Berbahan Dasar Jerami
Agar proses dekomposisinya cepat maka anda sanggup memakai dekomposer. Menurut hasil penelitian diketahui bahwa untuk memperoleh kompos yang benar-benar matang dibutuhkan waktu 19 hari, yaitu pada jerami yang dihalusnya dengan cara dicacah dan ditambahkan dekomposer serta dibentuk ventilasi saat proses pengomposan.
Kenapa harus memakai jerami? sebab jerami mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan limbah lainnya, menyerupai ketebon jagung, rending kacang-tanah, daun tebu, daun ubi jalar, dan biomas (Raharjo et al., 1981).
Simak juga : Membuat Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Kambing Dan Domba
Oleh sebab itu, jerami cukup anggun untuk dimanfaatkan sebagai sumber hara atau pupuk organik bagi tanah. Apa bila tanah miskin akan materi organik, maka sanggup mengurangi kemampuan daya menyangga pupuk anorganik sehingga efisiensi pemupukan menurun sebab sebagian besar pupuk akan hilang melalui pencucian, fiksasi atau penguapan, sehingga dampaknya menjadikan penurunan produktivitas.
Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong masih rendah dan agak lambat tersedia, sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, pupuk organik yang sudah dikomposkan bisa menyuplai unsur hara dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, sebab saat proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob.
Pengomposan ialah suatu proses biologis yang kecepatan prosesnya berbanding lurus dengan kecepatan kegiatan mikroba dalam mendekomposisi limbah organik. Sedangkan kecepatan kegiatan mikroba sangat tergantung pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupannya.
Simak juga : Pembuatan Pupuk Kompos Untuk Menekan Biaya Budidaya Tanaman
Jika kondisi lingkungan semakin mendekati kondisi optimum yang dibutuhkan oleh mikroba maka kegiatan mikroba semakin tinggi sehingga proses pengomposan semakin cepat. Begitu pula sebaliknya apabila kondisi lingkungan semakin jauh dari kondisi optimumnya maka kecepatan proses dekomposisi semakin lambat atau bahkan berhenti sama sekali.
Oleh sebab itu faktor lingkungan pendukung kelangsungan hidup mikroba merupakan kunci keberhasilan proses pengomposan. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud antara lain: Kadar air aerasi, pH, rasio C/N.
Simak juga : Panduan Membuat Pupuk Bokashi Dari Jerami Padi
Proses pengomposan secara aerob, kesannya lebih cepat dibandingkan secara anaerob dan waktu yang diharapkan tergantung beberapa faktor, antara lain: ukuran partikel materi kompos, C/N rasio materi kompos, keberadaan udara (keadaan aerobik), dan kelembaban.

Kompos yang sudah benar-benar matang diindikasikan oleh suhu yang konstan, pH alkalis, C/N rasio <20, kapasitas tukar kation >60 me/100 g abu, dan laju respirasi < 10 mg/g kompos. Sedangkan indikator yang sanggup diamati secara pribadi ialah jikalau berwarna coklat tua (gelap) dan tidak berbau busuk (berbau tanah).
Sumber : bbpadi.litbang.pertanian.go.id
Sumber https://kabartani.com