Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ 3 Teladan Perubahan Makna Asosiasi Dalam Bahasa Indonesia

Konten [Tampil]

Beberapa pola perubahan makna dari jenis-jenis pergeseran makna sudah ditampilkan di beberapa artikel yang lalu. Adapun artikel-artikel tersebut antara lain contoh perubahaan makna ameliorasi, contoh perubahan makna peyorasi, dan contoh perubahan makna sinestesia. Artikel ini pun juga akan menampilkan contoh-contoh perubahan makna dari salah satu jenis pergeseran makna, yaitu makna asosiasi.


Makna asosiasi merupakan sebuah ungkapan yang dijadikan perumpamaan ungkapan lain lantaran ungkapan tersebut memiliki kemiripan sifat dengan ungkapan yang diperumpamakannya. Adapun beberapa pola perubahan makna asosiasi yang dimaksud ialah sebagai berikut!


1. Amplop


Sebagaimana kita tahu, bahwa kata ini diartikan sebagai alat untuk menyimpan surat ataupun uang yang hendak dikirim. Namun, setelah makna kata ini mengalami perubahan asosiasi, maka kata ini pun memiliki makna baru, yaitu uang sogokan. Adapun penyebab dijadikannya amplop sebagai asosiasi dari uang sogokan ialah lantaran uang sogokan seringkali diberikan dalam sebuah amplop. Untuk lebih memahami perubahan makna asosiasi ini, berikut ditampilkan dua pola kalimat yang mengambarkan proses perubahan asosiasi tersebut.



  • Surat itu telah beliau masukkan ke dalam amplop. (kata amplop pada kalimat ini masih belum mengalami perubahan makna asosiasi)

  • Pejabat itu ditangkap polisi dikarenakan telah terbukti menerima amplop dari pejabat lain. (kata amplop pada kalimat ini sudah mengalami perubahan makna asosiasi)


2. Kursi


Kata selanjutnya yang sanggup mengalami perubahan makna asosiasi ialah kata kursi. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa kata ini memiliki makna asli sebuah daerah untuk duduk. Namun, setelah diasosiasi, kata kursi pun memiliki makna baru, yaitu jabatan. Adapun lantaran pengasosiasian kursi dengan jabatan adalah karena jabatan mempunyai sifat yang sama dengan kursi, yaitu sama-sama bisa diduduki oleh siapa pun.


Seperti halnya pada pola pertama, pada pola ini juga akan menampilkan beberapa pola lagi berupa kalimat yang mengandung kata kursi, baik itu sebelum diasosiasikan maupun sehabis diasosiasikan. Adapun contoh-contoh tersebut adalah:



  • Adik tengah duduk di kursi ruang tenga. (sebelum mengalami perubahan makna asosiasi)

  • Para pejabat masih saja berbeut kursi di pemerintahan. (setelah mengalami perubahan makna asosiasi)


3. Benalu


Contoh kata yang sanggup mengalami proses asosiasi yang terakhir ialah kata benalu. Makna orisinil kata ini adalah nama suatu tumbuhan yang melekat dan mengisap saripati tumbuhan inangnya. Setelah diasosiasi, kata ini pun memiliki makna yang baru, yaitu pengganggu. Adapun faktor yang menciptakan kata benalu diasosiasikan pengganggu adalah lantaran kedua kata ini sama-sama memiliki sifat yang sama, yaitu sama-sama mengganggu dan merugikan lingkungan sekitarnya. Seperti pada contoh-contoh sebelumnya, pola ini juga akan menampilkan pola lagi yang berupa dua buah kalimat yang mengandung kata benalu, baik yang sebelum diasosiasi mau pun setelah diasosiasi. Contoh-contoh tersebut adalah:



  • Benalu itu telah mengisap saripati pohon yang dihinggapinya. (sebelum mengalami perubahan makna asosiasi)

  • Aku tidak menduga bahwa selama ini beliau telah menjadi benalu diantara saya dan sahabat-sahabatku. (setelah mengalami perubahan makna asosiasi)


Demikianlah beberapa pola perubahan makna asosiasi dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin mengetahui beberapa contoh makna kata asosiasi lainnya, pembaca bisa membuka artikel contoh makna asosiasi, serta artikel contoh makna sinestesia dan asosiasi. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai makna asosiasi mau pun bahasa Indonesia. Terima kasih.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com