√ Pola Esai Wacana Kesehatan
Esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu duduk masalah secara sepintas kemudian dari sudut pandang penulisnya. Biasanya, esai dimuat di media massa cetak. Berikut yaitu contoh-contoh esai perihal kesehatan.
1. Contoh 1
Berikut yaitu teladan esai perihal kesehatan dalam bahasa Indonesia yang dimuat di Republika, 3 Februari 2007 dan dikutip dari Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia 3: Untuk SMA/MA Kelas XII Program Studi IPA dan IPS, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diplomasi Flu Burung Oleh : Yuny Erwanto – Dosen Fakultas Peternakan UGM |
---|
Pemberitaan flu burung yang bertubi-tubi secara nasional di banyak sekali media cetak telah memperlihatkan kesan betapa serta dan besarnya duduk masalah ini. Masyarakat secara luas diajak untuk khawatir dan takut dengan masalah flu burung ini. Akbatnya tidak hanya dirasakan masyarakat itu sendiri namun dunia peternakan yang dianggap sebagai pembawa wabah ini juga terbebani. Kasus di Indonesia memperlihatkan flu burung justru menimpa banyak orang umum dan bukan pekerja kandang. Hal tersebut kalau kita identifikasi lebih lanjut menjadi sebuah pertanyaan besar. Begitu mudahkah virus H5N1 berpindah ke insan ataukah ada faktor-faktor lain dari masalah ajal insan sedangkan flu burung hanya menjadi pendorong ke arah kematian? Virus ini bergotong-royong tidak mengakibatkan insan sebagai habitat untuk hidup. Artinya tumbuh optimalnya pada ayam, itik, dan unggas yang lain. Untuk sanggup berpindah ke insan ini masih menjadi tanda tanya besar apakah melalui mediator atau langsung. Perlu diketahui bahwa virus ini perlu media pelekatan sehingga beliau tidak bisa terbang melalui udara eksklusif masuk ke jalan masuk pernapasan. Kaprikornus kekhawatiran yang berlebihan tidak diharapkan selama masyarakat membiasakan membersihkan badannya sesudah berafiliasi dengan unggas dengan detergen. Mengapa besar? Kasus flu burung di negara-negara lain tidak menjadi besar sebagaimana di Indonesia. Ini menarik untuk menjadi materi pengkajian dan perenungan apakah kebijakan pemerintah sudah benar dalam mengendalikan masalah flu burung atau sebaliknya. Dalam mengendalikan permasalahan ini bergotong-royong ada dua permasalahan besar. Pertama yaitu duduk masalah teknis penanggulangan dan kedua yaitu diplomasi. Pada kurun sebelum SBY, walaupun sudah diketahui adanya masalah flu burung, pola penanganannya cenderung hanya dilakukan oleh departemen terkait. Keuntungan yang diperoleh yaitu masalahnya tidak hingga muncul ke media secara meluas. Kerugiannya yaitu dananya anagat terbatas, sehingga penyelesaiannya tidak tuntas. Pada kurun pemerintahan SBY, presiden ditarik untuk ikut menyelesaikannya. Dengan naiknya masalah flu burung kepada RI1 maka mau tidak mau pemberitaan masalah flu burung menjadi gosip yang besar. Sehingga setiap sakit flu disertai demam dan sesak selalu dihubungkan dengan flu burung walaupun belum kasatmata terkena H5N1. Akibatnya masyarakat makin khawatir. Padahal permasalahan di tempat tropis menyerupai Indonesia penyakit bisul jalan masuk pernapasan menduduki peringkat yang tinggi. Akibatnya yang menadi pendiagnosis yaitu masyarakat umum dan media massa dengan menanyakan ke sana kemari. Karena belum pasti, hasilnya diberitakan sebagai suspect flu burung. Tentu hal tersebut tidak menuntaskan duduk masalah namun justru merugikan dalam pola penanggulangan dan pengendalian flu burung secara nasional. Di samping kerugian tentu ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh misalkan kucuran dana dari dunia internasional sehingga menjadi pekerjaan besar dan proyek besar bagi instansi dan orang-orang tertentu. Dana yang besar juga bermanfaat untuk menanggulangi flu burung secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sayang, hingga ketika ini duduk masalah flu burung belum ada tanda-tanda akan berakhir. Diplomasi dan langkah teknis Untuk itu ada dua pendekatan yang seharusnya sanggup segera dilakukan pemerintah, yaitu satu sisi dengan diplomasi flu burung dan sisi yang lain penanggulangan teknis oleh departemen terkait. Langkah diplomasi yang sanggup dilakukan oleh pemerintah dan harusnya SBY atau JK lantaran masalahnya sudah sedemikian membesar yaitu segera memperlihatkan informasi bahwa flu burung bukanlah duduk masalah besar dan cara penularannya ke insan tidak mudah. Kasus ajal di dunia yang masih berkisar 150 masih sangat jauh disbanding ajal insan lantaran HIV yang di Amerika saja mencapai 18.017 orang pada tahun 2003 dari 43.171 pasien HIV. SBY harus menyuarakan di lembaga internasional bahwa Indonesia bisa secara berdikari menanggulangi masalah flu burung. Indikasi yang terjadi dengan masalah flu burung diangkat ke dunia internasional semoga “dikasihani”, mengakibatkan masalah tersebut betul-betul angker dan mengkhawatirkan. |
2. Contoh 2
Berikut yaitu teladan esai perihal kesehatan dalam bahasa Indonesia yang dikutip dari laman nasional.sindonews.com tanggal 13 Februari 2019.
Dengvaxia dan Wabah Campak : Pelajaran dari Filipina Oleh : Pudji Lestari – Dosen dan Pemerhati Kesehatan Masyarakat |
---|
Akhir 2018 ditutup dengan laporan mengejutkan yang dirilis oleh Pemerintah Filipina dan WHO perihal merebaknya wabah campak di negara tersebut. Jumlah masalah mencapai 17.298 selama Januari-November 2018, yang merupakan kenaikan lebih dari 350% disbanding periode yang sama bulan sebelumnya. Awal tahun ini dilaporkan wabah meluas, meliputi tujuh wilayah di Filipina, termasuk Manila. Lima puluh tujuh ajal dilaporkan dari Lazaro Hospital, rumah sakit milik pemerintah di Manila. Pada tahun 2014 kemudian Filipina sudah mengalami wabah campak meliputi 58.010 masalah dan 110 kematian. Campak dan Bahayanya Penyakit campak yaitu bisul menular yang disebabkan oleh virus. Sebelum imunisasi campak digalakkan, campak yaitu salah satu penyakit endemic yang mengakibatkan ajal terbanyak setiap tahunnya. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak-anak, meski bisa juga terjadi pada orang remaja yang belum pernah terkena di masa anak-anak. Penyakt ini disebabkan oleh virus dalam keluarga Paramyxovirus yang biasanya ditularkan melalui kontak eksklusif dengan penderita atau lewat udara. Virus menginfeksi jalan masuk pernapasan dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Gejala spesifik dari penyakit ini yaitu ruam kulit berwarna kemerahan yang muncul 7-14 hari sesudah paparan dan sanggup bertahan selama 4-10 hari. Pada anak-anak, penyakit ini bis mengakibatkan komplikasi serius yang mematikan kalau tidak ditangani dengan baik. Komplikasi tersering yaitu muntaber. Yang mengkhawatirkan yaitu komplikasi ke paru berupa radang paru-paru (pneumonia). Anak akan kesulitan bernapas dan sesak napas. Komplikasi fatal lainnya ensefalitis yaitu radang otak yang mengakibatkan anak mengalami kejang-kejang dan mengalami penurunan kesadaran. Anak-anak juga sanggup mengalami pendarahan dan trombositopenia, namun ini jarang terjadi. Kembali ke kejadian wabah di Filipina, mengapa hal ini justru terjadi ketika banyak negara lain sudah endeklarasikan diri bebas campak? Pihak oposisi dan beberapa pakar kesehatan masyarakat menuduh kegiatan vaksinasi dengue dengan Dengvaxia yang dilakukan pemerintah pada 2016. Program ini meliputi vaksinasi 800.000 siswa SD tanpa skrining sebelumnya. Beberapa masalah bisul dengue yang fatal dikaitkan dengan vaksinasi ini. Pada November 2017, pihak pembuat vaksin Sanofi mengumumkan bahwa bagi yang belum pernah terinfeksi dengue, pemberian vaksin bisa mengakibatkan keparahan penyakit. Program vaksinasi dengue hasilnya ditunda, dan terdapat tuntutan kepada pembuat kebijakan dan Sanofi. Para hebat kesehatan masyarakat melihat ini sebagai preseden jelek yang menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi. Vaksinasi tanpa Skrining Justru Beresiko Dengue mempunyai ciri menarik, yang dikenal sejaka lama, yaitu kasus-kasus bearat dengan pendarahan, hukanlah merupakan bisul primer, melainkan hasil reaksi silang dengan virus yang berbeda serotipenya. Yang dimaksud serotype yaitu perbedaan reaksi virus dengan antibody insan dalam darah. Serotipe yang sudah dikenal meliputi empat macam, diebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Artinya, bila seorang anak gres pertama kali terinfeksi semisal dengan DEN-1, maka resiko untuk terjadinya perdarahan membesar. Dengvaxia dalam hal ini mengandung semua serotype dengue. Pada orang yang sudah terinfeksi (seropositive), pemberian vaksin ini akan memperlihatkan perlindungan terjadinya bisul sekunder dengan tanda-tanda yang berat. Namun, pada orang yang belum pernah terinfeksi (serobegatif), kemungkinan bisa memperberat bisul sekundernya. Pada tempat endemis, di mana seropositive bisa lebih dari 90% menyerupai Filipina, vaksin ini dalam perspektif populasi masih memperlihatkan keuntungan, menurunkan angka rawat inap dan kematian. Filipina mempunyai beberapa masalah fatal yang dicurigai terkait dengan pemberian vaksin ini pada anak seronegatif. WHO kini menganjurkan pemberian vaksin ini hanya pada subjek yang diketahui sudah pernah menderita bisul dengue sebelumnya (dengan skrining serologis). Kasus Dengvaxia menurunkan kepercayaan masyarakat Filipina terhadap kegiatan vaksinasi. Studi yang dilakukan oleh Led dari the London School o Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM), mencatat penurunan dari 93% pada 2015 ke 32% pada 2018, untuk persetujuan dilakukan vaksinasi. Adapun untuk persepsi perihal keamanan vaksin penurunan terjadi lebih drastic dari 82% pada 2015 menjadi hanya 22% pada 2018. Dengan demikian bisa dipahami bila cakupan vaksinasi dasar di Filipina secara nasioanl pada 2017 hanya 70%. Relevansi Pencegahan di Indonesia Sebagai negara yang mempunyai banyak kemiripan dengan Filipina, Indonesia perlu mencar ilmu banyak dari masalah di atas. Pertama, banyak wilayah Indonesia merupakan tempat endemis dengue, bahkan Jakarta dan beberapa kota besar hari-hari ini mengalami kenaikan masalah yang bermakna. Penggunaan vaksin untuk dengue memang belum diwacanakan, namun pengalaman Fililpina terkait dengan vaksin dengue ini merupakan pelajaran berherga. Jika dipertimbangkan untuk melaksanakan vaksinasi, maka skrining serologis harus menjadi prasyarat. Secara budbahasa kemanusiaan, bagaimanapun, sebuah kegiatan perlindungan dilarang menempatkan subyek (seronegatif) dalam resiko. Kehilangan pertolongan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi fatal untuk tercapainya herd immunity. Kedua, Indonesia sebagai negara berpenduduk secara umum dikuasai muslim, sudah diguncang fatwa haram MUI perihal vaksin MR (untuk campak dan rubella), lantaran dianggap mengandung produk babi, pada 2018 lalu. Data memperlihatkan cakupan vaksin rubella di Jawa hingga November 2018 hanya 68%, bahkan di Aceh dilaporkan hanya 8%. Cakupan vaksin kondusif di angka 90-95%, cakupan vaksinasi sebesar ini diharapkan untuk membuat herd immunity yakni lingkungan atau komunitas yang resisten terhadap suatu jenis penyakit umumnya lantaran vaksin. Adapun provinsi dengan cakupan vaksinasi mencapai 90% kemungkinan hanya 15 provinsi dari total 34 provinsi di Indonesia. Wabah campak terakhir yang dilaporkan terjadi di Indonesia ada di Kabupaten Asmat, Papua, final 2017 hingga 2018. Krisis tersebut melibatkan 71 anak meninggal dunia dan sedikitnya 800 orang dirawat di rumah sakit. Meskipun kondisi di Papua memang berbeda dengan keulitan geografis dan gizi buruk, dari perspektif kesehatan masyarakat, bila herd immunity tidak tercapai sesungguhnya kita sedang berada dalam resiko besar untuk terjadinya wabah. Memenangkan kembali kepercayaan masyarakat ini menjadi hal yang urgen untuk dicapai. Kampanye perihal pentingnya vaksinasi atau akhir bila tidak divaksin, perlu dilakukan secara lebih kreatif. Isi kampanye dan kemasan penyampaian perlu dikonsultasikan kepada para hebat komunikasi supaya sempurna target dan efektif. Mempertimbangkan para orang tua/subjek dalam usia milenial dan penetrasi internet di Indonesia sudah lebih dari 50%, maka pelibatan para influencer mungkin perlu dipikirkan. Media massa (radio, Koran, televisi) perlu diminta menyediakan ruang publik untuk kampanye ini. Para pemimpin tempat (bupati/walikota) harus diminta untuk mengambil tugas aktif melaksanakan koordinasi antardinas kesehatan, pendidikan, dan urusan agama untuk melaksanakan pendekatan kepada pimpinan sekolah, utamanya madrasah dan pesantren. Semoga semuanya belum terlambat. |
Demikianlah ulasan singkat perihal teladan esai perihal kesehatan. Artikel lain yang sanggup dibaca di antaranya yaitu contoh esai singkat, contoh esai sastra, jenis-jenis esai, struktur esai yang baik, cara membuat esai yang benar, jenis-jenis karangan semi ilmiah, jenis-jenis prosa non fiksi, jenis-jenis prosa baru, contoh tajuk planning singkat, contoh resensi buku pelajaran, contoh resensi buku cerpen, contoh cerpen singkat beserta strukturnya, contoh novel terjemahan, contoh sinopsis film, dan contoh sinopsis buku kumpulan puisi. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com