Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Ciri-Ciri Fabel Dan Legenda Dalam Bahasa Indonesia

Konten [Tampil]

Pada kesempatan yang lalu, kita telah mengulas perihal beberapa karya sastra Indonesia usang mirip jenis-jenis puisi lama dan jenis-jenis prosa lama. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas perihal karya sastra Indonesia usang yang termasuk prosa usang yaitu fabel dan legenda terkait dengan ciri-ciri yang dimiliki. Namun sebelumnya, kita pahami terlebih dahulu pengertian fabel dan legenda.





Pengertian





Fabel merupakan salah satu jenis teks narasi
yang bercerita perihal kehidupan binatang yang berperilaku ibarat manusia. Fabel
termasuk dongeng fiksi, bukan kisah perihal kehidupan nyata. Fabel juga sering
disebut dongeng moral lantaran pesan yang ada di dalam dongeng fabel berkaitan erat
dengan moral. Teks dongeng fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang,
tetapi juga mengisahkan kehidupan insan dengan segala karakternya.





Binatang-binatang yang ada pada dongeng fabel
memiliki aksara mirip manusia. Karakter mereka ada yang baik dan ada juga
yang tidak baik. Mereka mempunyai sifat jujur, sopan, dan bahagia bersahabat,
serta melaksanakan perbuatan terpuji. Mereka ada yang berkarakter licik, culas,
sombong, suka menipu, dan ingin menang sendiri. Cerita fabel tidak hanya
ditujukan kepada belum dewasa tetapi juga kepada orang dewasa.  





Sebagai teks dongeng naratif, teks dongeng fabel mempunyai struktur orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda.





  • Orientasi berisi pengenalan tokoh, latar, tabiat tokoh, dan konflik.
  • Komplikasi berisi kekerabatan alasannya ialah akhir sehingga muncul dilema hingga dilema itu memuncak.
  • Resolusi berisi penyelesaian dilema dari konflik yang terjadi.
  • Koda merupakan kepingan terakhir dari struktur teks dongeng favel. Koda berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dipetik dari dongeng tersebut.




Seperti halnya fabel, legenda juga termasuk dalam sastra lama. Legenda ialah ceriita rakyat dimana si empunya dongeng menganggap bahwa tragedi atau tragedi dalam dongeng itu benar-benar terjadi. Biasanya, legenda mengisahkan asal-asul tempat, tumbuh-tumbuhan, dan dunia binatang.





Fabel dan legenda termasuk karya sastra usang yang mempunyai ciri-ciri anonim, pralogis, kata-kata baku, istana sentris, dan berkembang secara lisan.





  • Anonim dalam artian nama penciptanya tidak diketahui.
  • Pralogis dalam artian cerita-ceritanya banyak diwarnai oleh hal-hal gaib.
  • Kata-kata baku dalam artian banyak memakai kata-kata baku, mirip alkisah, sahibul hikayat, berdasarkan empunya cerita, konon, dan sejenisnya.
  • Istana sentris dalam artian tragedi yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
  • Berkembang secara lisan dalam artian lantaran belum ada media cetak dan elektronik, sastra klasik mirip fabel dan legenda disebarluaskan secara lisan.




Meskipun keduanya termasuk karya sastra lama, baik fabel maupun legenda mempunyai karakteristiknya masing-masing. Berikut ialah ulasan singkatnya.





1. Ciri-ciri Fabel





Adapun ciri-ciri fabel ialah sebagai berikut. Fabel mengambil tokoh para binatang.





  • Tokoh-tokoh
    dalam fabel ialah para binatang mirip semut, beruang, kancil, kera, dan lain
    sebagainya.
  • Tokoh-tokoh
    dalam fabel digambarkan mempunyai tabiat yang mirip dengan tabiat insan yaitu
    tokoh yang baik dan tokoh yang buruk.
  • Tokoh-tokoh
    binatang dalam fabel sanggup berbicara mirip manusia.
  • Alur
    cerita fabel mempunyai rangkaian tragedi yang mengatakan tragedi sebab
    akibat. Rangkaian tragedi ini diurutkan dari awal hingga akhir.
  • Latar
    yang dipakai dalam fabel ialah latar alam mirip hutan, sungai, kolam, dan
    lain-lain.
  • Karakteristik
    kebahasaaan dalam fabel diantaranya ialah banyak memakai kalimat naratif, kalimat
    langsung atau obrolan yang terjadi antara para tokoh, dan memakai bahasa
    percakapan.   




2. Ciri-ciri Legenda





Legenda kerap disamakan dengan dongeng, namun sejatinya legenda mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Menurut Yus Rusyana (2000) dalam Sinaga (2016), legenda mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.





  • Legenda merupakan dongeng rakyat atau dongeng tradisional yang dimiliki oleh masyarakat semenjak dahulu.
  • Ceritanya biasa dihubungkan dengan tragedi dan benda yang berasal dari masa lalu, mirip tragedi penyebaran agama dan benda-benda peninggalan mirip masjid, kuburan, patung, dan lain-lain.
  • Para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu.
  • Hubungan tiap tragedi dalam legenda mengatakan kekerabatan yang logis.
  • Pelaku dan perbuatan yang dibayangkan benar-benar terjadi menyebabkan legenda seperti terjadi dalam ruang waktu yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyrakat pun menjadi mirip itu dan melahirkan sikap dan perbuatan yang benar-benar menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.




Contoh Fabel dan Legenda





a. Berikut disajikan contoh dongeng fabel singkat berjudul Semut dan Kepompong yang dikutip dari Kumpulan Cerita Fabel (tanpa nama dan tanpa tahun)




Semut dan Kepompong


Di suatu hutan yang rindang, hidup banyak sekali binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu, dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda angin kencang yang sangat dahsyat. Angin bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. “Kraakk!” terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan. Banyak binatang yang tidak sanggup menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah. Badai gres berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.


Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari angin kencang lantaran ia bisa masuk ke sarangnya di dalam tanah. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Si semut bergumam, “Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana”. “Menjadi kepompong memang memalukan!”. “Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau”, ejek semut pada kepompong. Semut terus mengulang perkataannya pada setiap binatang yang berhasil ditemuinya.


Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam. “Aduh, sulit sekali berjalan di daerah becek mirip ini,” keluh semut. Semakin lama, si semut semakin karam dalam lumpur. “Tolong! Tolong!” teriak semut.


“Wah tampaknya kau sedang kesulitan ya?” Si semut terheran mendengar bunyi itu. Ia memandang ke sekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya. “Hai semut, saya ialah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang saya sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat! Sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?” “Yah, saya sadar. Aku mohon maaf alasannya ialah sudah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?” kata si semut pada kupu-kupu.


Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap. Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut. Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang kesusahan bukan? Karena itu, kau jangan mengejek binatang lain lagi ya?” Karena setiap makhluk niscaya diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang Maha Pencipta. Sejak ketika itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.


Hikmah yang bisa diambil dari dongeng di atas ialah bahwa sesame makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling mengejek dan menghina, lantaran siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya daripada yang menghina.






b. Berikut ialah contoh legenda singkat berjudul Si Pitung yang sekaligus merupakan contoh dongeng rakyat dari Betawi yang dikutip dari buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII, Kemendiknas 2011




Si Pitung


Si Pitung ialah seorang perjaka yang saleh dari Rawa Belong. Ia rajin mencar ilmu mengaji pada Haji Naipin. Selesai mencar ilmu mengaji, Si Pitung berlatih silat. Setelah bertahun-tahun, kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin meningkat.


Pada waktu itu, Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksikan penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, Kumpeni (sebutan untuk Belanda), sekelompok Tauke, dan para tuan tanah hidup bergelimang kemewahan. Rumah dan lading mereka dijaga oleh para centeng yang galak.


Dengan dibantu oleh teman-temananya, Si Rais dan Jii, Si pitung mulai merencanakan perampokan terhadap rumah para Tauke dan tuan tanah kaya. Hasil rampokannya dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Di depan rumah keluarga yang kelaparan diletakannya sepikul beras. Keluarga yang dibelit hutang rentenir diberinya santunan. Dan anak yatim piatu dikiriminya bingkisan baju dan hadiah lainnya.


Kesuksesan Si pitung dan kawan-kawannya diakrenakan dua hal. Pertama, ia mempunyai ilmu silat yang tinggi serta dikabarkan tubuhnya kebal akan peluru. Kedua, orang-orang tidak mau menceritakan di mana Si Pitung berada. Namun demikian, orang kaya korban perampokan Si Pitung bersama Kumpeni selalu berusaha membujuk orang-orang untuk membuka mulut.


Kumpeni juga memakai kekerasan untuk memaksa penduduk memberi keterangan. Pada suatu hari, kumpeni dan tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat gosip perihal keluarga Si Pitung. Maka, mereka pun menyandera kedua orang tuanya dan Haji Naipin. Dengan siksaan yang berat, balasannya mereka mendapat gosip perihal di mana Si Pitung berada dan belakang layar kekebalan tubuhnya.


Berbekal semua gosip itu, polisi Kumpeni pun menyergap Si Pitung. Tentu saja Si Pitung dan kawan-kawannya melawan. Namun, malangnya, gosip perihal belakang layar kekebalan badan Si Pitung sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur anyir dan ditembak. Ia pun tewas seketika. Meskipun demikian, untuk Jakarta, Si Pitung tetap dianggap sebagai pembela rakyat kecil.






Demikianlah ulasan singkat perihal ciri-ciri fabel dan legenda dalam bahasa Indonesia. Artikel lain yang sanggup dibaca di antaranya ialah contoh dongeng rakyat dari Jawa Tengah, contoh dongeng rakyat Bali, contoh dongeng rakyat Bengkulu, contoh dongeng rakyat Indonesia, contoh dongeng cerpen, contoh dongeng novel, contoh dongeng cerpen dan novel dalam bahasa Indonesia, contoh dongeng alur maju, contoh dongeng pengalaman pribadi, dan contoh  cerpen fabel. Semoga bermanfaat. Terima kasih.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com