√ 6 Ciri-Ciri Syair Dalam Bahasa Indonesia
Menilik sejarahnya, karya sastra yang
berkembang di Indonesia sanggup dikelompokkan menjadi dua periode yaitu periode
sastra Indonesia usang dan periode sastra Indonesia baru. Sastra Indonesia lama
tumbuh dan berkembang sebelum masuknya dampak Barat ke Indonesia. Adapun
berbagai bentuk karya sastra Indonesia usang di antaranya yaitu prosa usang dan
puisi lama. Sebaliknya, sastra Indonesia
baru tumbuh dan berkembang sehabis masuknya dampak Barat ke Indonesia.
Bentuk-bentuk karya sastra Indonesia gres di antaranya yaitu prosa gres dan puisi
baru.
Salah satu karya sastra Indonesia usang yang akan diulas pada kesempatan kali ini yaitu syair. Syair merupakan salah satu dari jenis-jenis puisi lama yang berasal dari Persia atau Arab dan masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Secara istilah, kata atau istilah syair sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu Syi’ir atau Syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”. Dalam perkembangannya, kata Syu’ur menjadi Syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum. Biasanya, syair diungkapkan secara bersambung dan membentuk suatu dongeng yang panjang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, syair diartikan sebagai puisi usang yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan suara yang sama. Sementara itu, Nasution (1973) dalam Darusman (2014) mendefinisikan syair sebagai sejenis puisi usang terdiri dari empat baris dalam sebait bersajakkan rata (aa-aa) dan tidak bersampiran. Dari dua pengertian syair tersebut tampak bahwa syair sebagai salah satu jenis karya sastra usang Indonesia mempunyai beberapa karakteristik atau ciri yang membedakannya dengan jenis karya sastra lainnya.
Adapun ciri-ciri syair yaitu sebagai
berikut.
1. Terdiri dari empat baris
Syair umumnya terdiri dari empat larik atau empat baris. Contoh sebait syair karya St. Takdir Alisjahbana :
Berhentilah kisah raja Hindustan (baris 1)
Tersebutlah pula suatu perkataan (baris 2)
Abdul Hamid Syah paduka Sultan (baris 3)
Duduklah baginda bersuka-sukaan (baris 4)
…..
Penggalan syair di atas memberikan jumlah baris
dalam syair yaitu sebanyak empat baris.
2. Jumlah kata per baris sebanyak 4-6 perkataan
Adapun jumlah kata per baris mencapai 4-6 perkataan. Contoh sebait syair karya St. Takdir Alisjahbana :
Berhentilah/ kisah/ raja/ Hindustan (baris 1)
Tersebutlah/ pula/ suatu/ perkataan (baris 2)
Abdul/ Hamid/ Syah/ paduka/ Sultan (baris 3)
Duduklah/ baginda/ bersuka-/sukaan (baris 4)
…..
3. Tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata
Selain terdiri dari 4-6 perkataan per baris, setiap baris juga terdiri atas 8 hingga 12 suku kata. Contoh sebait syair karya St. Takdir Alisjahbana :
Ber-hen-ti-lah/ ki-sah/ ra-ja/ Hin-dus-tan (baris 1)
Ter-se-but-lah/ pu-la/ su-atu/ per-ka-ta-an (baris 2)
Ab-dul/ Ha-mid/ Syah/ pa-du-ka/ Sul-tan (baris 3)
Du-duk-lah/ ba-gin-da/ ber-su-ka-/su-ka-an (baris 4)
…..
Jumlah suku kata dari penggalan syair di atas
ditunjukkan dengan tanda hubung.
4. Tidak mempunyai sampiran
Syair tidak mempunyai sampiran sebagaimana pantun atau karya sastra lainnya. Dalam artian, semua larik dalam syair merupakan isi yang tidak selesai hanya dengan satu bait sebab syair dipakai untuk memberikan suatu cerita. Contoh syair karya St. Takdir Alisjahbana :
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka Sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah darah biru muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok amat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina
Akan Rahmah puteri bangsawan
Parasnya elok sukar dilawan
Sedap cantik barang kelakuan
Sepuluh tahun umurnya tuan
Syair di atas memberikan tidak adanya sampiran
melainkan isi seluruhnya. Syair tersebut menggambarkan atau menceritakan
tentang putra Sultan berjulukan Abdul Muluk yang berusia tiga belas tahun menaruh
hati pada Rahmah seorang puteri darah biru yang berusia sepuluh tahun.
5. Berima simpulan a-a-a-a
Syair umumnya mempunyai rima berpola a-a-a-a. Dari teladan sebait syair karya St. Takdir Alisjahbana di atas,
Berhentilah kisah raja Hindustan …..(a)
Tersebutlah pula suatu perkataan …..(a)
Abdul Hamid Syah paduka Sultan ….. (a)
Duduklah baginda bersuka-sukaan ….. (a)
Penggalan syair di atas merupakan contoh syair berima a-a-a-a yang ditandai dengan cetak tebal.
6. Isi berupa cerita
Umumnya syair berisi wacana suatu dongeng atau kisah yang mengandung unsur mitos, sejarah, agama/filsafat, atau rekaan belaka. Misalnya Syair Singapura Dimakan Api (sejarah), Syair Perahu (berisi pemikiran agama), Syair Bidadari (rekaan), Syair Ken Tambuhan (rekaan), dan lain sebagainya. (Kemendikbud, 2012)
Jenis
Sebagai salah satu karya sastra Indonesia lama, syair mempunyai beberapa jenis yang didasarkan atas isi syair. Adapun jenis-jenis syair yaitu sebagai berikut.
- Syair panji yaitu syair yang isinya menceritakan wacana insiden atau insiden yang terjadi di dalam sebuah kerajaan.
- Syair agama yaitu syair yang isinya menceritakan atau mengandung nilai-niali atau pemikiran agama.
- Syair kiasan yaitu syair yang isinya menceritakan atau mengandung kata-kata kiasan. Tujuan digunakannya kata kiasan dalam syair yaitu untuk mengkritisi suatu insiden atau peristiwa.
- Syair sejarah yaitu syair yang isinya menceritakan suatu insiden atau insiden yang telah menjadi sejarah.
- Syair romatis yaitu syair yang isinya menceritakan wacana kisah-kisah percintaan.
Contoh
Berikut yaitu beberapa contoh puisi usang syair yang dikutip dari banyak sekali sumber.
Contoh 1 :
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
Diiringkan penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan
Lakunya cantik memberi kasihan.
Tunduk menangis segala puteri
Masing-maing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya ibarat jin dan peri
Punggak darah biru hendak menitir
Tidak diberi kakanda satir
Adinda jangan tuan bersyair
Jikalau tuan guruh dan petir
Inilah taman orang bahari
Pungguk, wahai jangan tuan kemari
Bukannya tidak kakanda beri
Jikalau tuan digoda peri
Contoh 2 :
Di bawah ini yaitu teladan syair yang dikutip
dari buku Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX, Departemen Pendidikan
Nasional, 2008
Dengan bismillah permulaan warkat
Diambil kertas kalam diangkat
Pena dan tinda jadi serikat
Menyampaikan hakikat dengan hasrat
Pena menyelam dawat menyambut
Terbentang kertas putih umbut
Kalam menari kata disebut
Jejak terbentang sebagai rambut
Awal mulanya surat direka
Kenangan menyerang tidak berjangka
Siang malam segenap seketika
Wajah Tuan rasa di muka
Surat inilah pengganti diri
Datang menjelang muda bestari
Duduk berbincang berperi-peri
Melepaskan rindu hati sanubari
Contoh 3 :
Di bawah ini yaitu teladan syair berjudul
“Negeri Barbari” yang merupakan belahan 1 dari “Syair Abdul Muluk” karya Raja Ali
Haji, dikutip dari Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam) karya
Akmal, Jurnal Risalah, Vol. 26, No.4, Desember 2015
Bismillah itu permulaan kata
Dengan nama Tuhan alam semesta
Akan tersebut sultan mahkota
Di Negeri Barbari baginda bertahta
Kata orang yang empunya peri
Akan baginda sultan Barbari
Gagah berani bijak bestari
Khabarnya masyhur segenap negeri
Abdul Hamid Syah konon namanya
Terlalu besar kerajaannya
Beberapa negeri takluk kepadanya
Sekalian itu dibawah perintahnya
Adapun akan duli baginda
Ada seseorang saudaranya yang muda
Abdul Majid namanya adinda
Memerintah di bawah aturan kakanda
Akan isteri sultan yang bahari
Ada seorang saudaranya laki-laki
Bernama Mansur bijak bestari
Menjadi wazid besar sekali
Beberapa pula menteri perdana
Di bawah Mansur yang bijaksana
Mufakatnya baik dengan sempurna
Tetaplah kerajaan duli yang gana
Masyhur khabar segenap negeri
Abdul Hamid Syah Sultan Barbari
Adil dan murah bijak bestari
Sangatlah menyayangi dagang senteri
Beberapa lamanya duli mahkota
Baginda semayam diatas tahta
Permaisuri hamilah nyata
Sultan pun sangat suka cita
Dua bulan hamilnya sudah
Abdul Majid kembali ke Rahmatullah
Lalu berangkat duli khalifah
Dimakamkan baginda dengan selesailah
Adapun akan isteri baginda
Dipeliharakan oleh duli baginda
Sebarang kehendak semuanya ada
Sedikit tiada diberbeda
Sampailah sudah dikala masanya
Puteri bersalin dengan selesainya
Seorang wanita baik parasnya
Segera disambut oleh bidannya
Setelah sudah dimadikan
Kepada baginda dipersembahkan
Baginda pun sangat belas kasihan
Sitti Rahmah anakanda dinamakan
Baginda pun kasih tidak terperi
Anak anakanda Ramah puteri
Ampailah kedua laki isteri
Diperbuat ibarat anak sendiri
Dengan tampaknya dipeliharakan
Inang pengasuh dilengkapkan
Dengan Abdul Muluk disamakan
Sedikitpun tidak dibedaka
Duduklah baginda raja bestari
Bersukasukaan sehari-hari
Terlalu ramai Negeri Barbari
Penuh sesak dagang sentari
Contoh 4 :
Berikut yaitu teladan syair berikutnya.
Pada zaman dahulu kala
Tersebutlah sebuah cerita
Sebuah negeri yang kondusif sentosa
Dipimpin sang raja nan bijaksana
Negeri berjulukan Pasir Luhur
Tanahnya luas lagi subur
Rakyat teratur hidupanya makmur
Rukun raharja tiada terukur
Raja berjulukan Darmlakasana
Tampan rupawan elok parasnya
Adil dan jujur penuh wibawa
Gagah perkasa tiada tandingnya
Demikian ulasan singkat wacana ciri-ciri syair dalam bahasa Indonesia. Artikel lain yang sanggup dibaca di antaranya yaitu macam-macam syair dan penjelasannya, contoh syair nasihat 4 bait dan maknanya, contoh syair pendidikan dan maknanya, unsur-unsur syair, contoh syair 2 bait, contoh syair 3 bait, contoh syair 4 bait, contoh syair wacana kehidupan, contoh syair wacana cinta, contoh syair 5 bait, contoh syair cinta 4 bait, contoh syair kiasan, contoh syair persahabatan, dan contoh syair agama. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com