√ Tabur Benih Dan Pemeliharaan Padi Pada Teknologi Tanam Benih Pribadi (Tabela)
Kabartani.com – Tahapan selanjutnya ihwal budidaya padi memakai teknologi Tanam Benih Langsung ialah penaburan benih dan pemeliharaan padi.
Baca tahapan sebelumnya:
- Pemilihan Varietas Benih Padi Pada Teknologi Tanam Benih Langsung (TABELA)
- Persiapan Lahan Untuk Padi Teknologi Tanam Benih Langsung (TABELA)
Pada agroekosistem sawah irigasi penaburan benih dilakukan pada kondisi tanah lembab atau tidak tergenang air. Tabela hambur(sonor/broadcast), benih ditabur secara merata (Gambar 6), sedangkan Tabela larikan dengan menggunakan drum seeder berjarak tanam 25 cm antar barisan (Gambar 7).
Penaburan benih pada agroekosistem sawah tadah hujan menghindarisaat turunnya hujan, sedangkan pada agroekosistem lahan pasang surut tipe A dilakukan dengan tabur (sonor) diikuti penaburan bubuk sekam. Pasang surut tipe B dilakukan dengan alat penabur benih(seed blower).
1. Pengairan
Pada agroekosistem sawah irigasi, lahan dipertahankan lembab dan tidak tergenang selama 10 hari sehabis tabur. Selanjutnya, air dimasukan dengan kedalaman menyesuaikan tinggi flora sampai kedalaman maksimal 5 cm. Apabila memungkinkan sanggup dilakukan pengairan berselang. Agroekosistem lahan pasang surut tipe B, dilakukan dengan pengelolaan air mikro memakai sistem folder.
2. Penyiangan
Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Herbisida berbahan aktif glifosat diaplikasikan sebelum olah tanah untuk mematikan semua gulma. Herbisida selektif pratumbuh (pre emergence) dipakai pada dikala 3 hari setelah tabur benih (HSTb). Herbisida selektif pasca tumbuh (post emergence) dipakai pada dikala 14 HSTb atau dikala gulma berdaun 2-4 helai. Tabela larikan dan Atabela, selain menggunakan cara kimiawi pengendalian gulma juga dapat dilakukan dengan cara manual atau alat, menyerupai gasrok (landak rotary) dan mesin penyiang (power weeder) pada umur kurang dari 21 HSTb (Gambar 8).
3. Pemupukan
Aplikasi pupuk dasar dilakukan pada 5-7 HSTb dengan menggunakan pupuk NPK sejumlah 200 – 250 kg/ha. Pemupukan susulan urea menurut pembacaan sketsa warna daun (BWD) yang dilakukan setiap 2 ahad (Gambar 9).
4. Pengendalian OPT
Pemantauan /monitoring populasi OPT dilakukan semenjak 2 minggu sebelum tanam memakai lampu perangkap(light trap). Lampu perangkap dipasang pada jarak 15-20 m dari petakan sawah (Gambar 10). Pengendalian dilakukan sesuai rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memperhatikan ambang batas ekonomi dan penggunaan pestisida sesuai anjuran.
Insektisida butiran berbahan aktif karbofuran sejumlah 20 kg/ha dipakai bersamaan dengan waktu pemupukan dasar. Daerah endemik penggerek batang padi menggunakan insektisida butiran materi aktif carbofuran takaran 17-20 kg/ha atau spinetoram (dosis 300ml/ha),rynaxypyr (500 ml/ha), tiametoxam +rynaxypyr (dosis 250 ml/ha), dan dymehipo (dosis 600 ml/ha). Daerah endemik wereng batang coklat dan wereng punggung putih dipakai insektisida berbahan aktif dinotifuran (konsentrasi 1 g/l) atau pymetrozine (konsentrasi 0,5 g/l).
Trap Barrier System (TBS) (Gambar 11) perlindungan maksimal (full protection) dan gropyokan/fumigasi (Gambar 13) masal dilakukan di kawasan endemik tikus semenjak 2 minggu sebelum dan sehabis tabur. Linear Trap Barrier System (LTBS) (Gambar 12) dipakai untuk mengendalikan migrasi tikus.
Tahapan selanjutnya ialah Panen dan Penanganan Pasca Panen Pada Tanam Padi Sistem Tabela.
Sumber https://kabartani.com