√ Anies : Orangtua Penentu Sukses Pendidkan Anak
Konten [Tampil]
Jakarta (Pinmas) – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, orangtua menjadi penentu sukses tidaknya anak. Sayangnya, jika berbicara perihal kesiapan orangtua dalam mendidik anaknya, realitas justru mengambarkan bahwa kebanyakan orangtua justru tidak siap.
“Orangtua paling tidak siap kalau berbicara pendidikan anaknya,” kata Anies Baswedan pada Dzikir Nasional yang ke-13 di Masjiod At Tin Jakarta Timur, Rabu (31/12) malam. Hadir pada program tersebut Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies
Baswedan, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, AM Fatwa, KH Yusuf Mansur, Muzamil Basyuni, Wakil Ketua 1 Pelaksana Harian Masjid At-Tin, HM. Sutria Tubagus dan sejumlah tokoh agama lainnya.
Ribuan umat Muslim memenuhi masjid At Tin semenjak shalat magrib. Acara dzikir dimulai usai shalat Isya. Sebelujm program dibuka, program diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran. Ia mengatakan, pendidikan bagi seorang anak tidak sekedar melahirkan kepandaian, tapi muaranya ialah menghasilkan anak berakhlak mulia. Untuk mencapai anak yang berakhlak mulia itu tidak melulu harus lewat lisan, goresan pena tetapi lebih penting ialah melalui keteladanan orangtua.
Anies menyebut pola barang dan peralatan bawaan jemaah masjid At Tin yang diminta oleh panitia penyelenggara semoga ditempatkan di muka atau di hadapan jamaah. Maksudnya, semoga barang bawaan jamaah tidak diambil atau berpindah tangan kepada pihak yang tak bertanggung jawab. Dengan kata lain, untuk menghindari copet.
Mengapa hal itu hingga diumumkan. Tidak lain alasannya ialah ketidakjujuran dan merosotnya ahlak belakangan ini sudah menjadi keprihatinan banyak sekali pihak. Dan, dalam program dzikir nasional yang dikaitkan pula dengan pergantian tahun baru, berdasarkan dia, sudah sepantasnya semua pihak melaksanakan perenungan, introspéksi atau melaksanakan koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan diri sendiri.
Menurutnya, mawas diri sangat diperlukan. Untuk itu, penting untuk mengingat kembali pentingnya tugas pendidikan dalam melahirkan generasi masa depan. “Sudahkah kita menghasilkan anak terdidik, berakhlak mulia dan jujur?” tanya Anies.
Mendidik anak berakhlak mulia, khususnya yang berkaitan bersahabat dengan kejujujran, berdasarkan dia, tidak dibutuhkan terori yang muluk atau rumit. Contoh yang simpel, kalau anak pada dikala puasa di bulan Ramadhan bermain bola kemudian kembali ke rumah minta minum pada orangtuanya, maka orangtua harus bijak. Dengan mengatakan, misalnya, boleh minum namun pada puasa hari berikutnya diingatkan semoga sementara jangan bermain bola.
Anak yang terus terperinci minta izin minum tadi, berdasarkan Anies, mengambarkan diri sebagai orang jujur. Hal itu harus diapresiasi. Padahal, kalau si anak mau minum tanpa minta izin orangtua pun sanggup dilakukan dikala itu juga. “Jika saja setiap rumah sudah menghasilkan anak jujur, ke depan, bangsa Indonesia akan jujur dimana pun bermukim. Negeri ini sanggup melahirkan orang jujur,” kata Anies lagi.
Terkait dengan dzikir nasional, ia berharap sanggup mengubah kebiasaan orang yang menyambut tahun gres dengan hura-hura, dan diganti dengan acara bernuansan Islami. (ess/ant/mkd)
Sumber : http://kemenag.go.id
“Orangtua paling tidak siap kalau berbicara pendidikan anaknya,” kata Anies Baswedan pada Dzikir Nasional yang ke-13 di Masjiod At Tin Jakarta Timur, Rabu (31/12) malam. Hadir pada program tersebut Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies
Baswedan, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, AM Fatwa, KH Yusuf Mansur, Muzamil Basyuni, Wakil Ketua 1 Pelaksana Harian Masjid At-Tin, HM. Sutria Tubagus dan sejumlah tokoh agama lainnya.
Ribuan umat Muslim memenuhi masjid At Tin semenjak shalat magrib. Acara dzikir dimulai usai shalat Isya. Sebelujm program dibuka, program diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran. Ia mengatakan, pendidikan bagi seorang anak tidak sekedar melahirkan kepandaian, tapi muaranya ialah menghasilkan anak berakhlak mulia. Untuk mencapai anak yang berakhlak mulia itu tidak melulu harus lewat lisan, goresan pena tetapi lebih penting ialah melalui keteladanan orangtua.
Anies menyebut pola barang dan peralatan bawaan jemaah masjid At Tin yang diminta oleh panitia penyelenggara semoga ditempatkan di muka atau di hadapan jamaah. Maksudnya, semoga barang bawaan jamaah tidak diambil atau berpindah tangan kepada pihak yang tak bertanggung jawab. Dengan kata lain, untuk menghindari copet.
Mengapa hal itu hingga diumumkan. Tidak lain alasannya ialah ketidakjujuran dan merosotnya ahlak belakangan ini sudah menjadi keprihatinan banyak sekali pihak. Dan, dalam program dzikir nasional yang dikaitkan pula dengan pergantian tahun baru, berdasarkan dia, sudah sepantasnya semua pihak melaksanakan perenungan, introspéksi atau melaksanakan koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan diri sendiri.
Menurutnya, mawas diri sangat diperlukan. Untuk itu, penting untuk mengingat kembali pentingnya tugas pendidikan dalam melahirkan generasi masa depan. “Sudahkah kita menghasilkan anak terdidik, berakhlak mulia dan jujur?” tanya Anies.
Mendidik anak berakhlak mulia, khususnya yang berkaitan bersahabat dengan kejujujran, berdasarkan dia, tidak dibutuhkan terori yang muluk atau rumit. Contoh yang simpel, kalau anak pada dikala puasa di bulan Ramadhan bermain bola kemudian kembali ke rumah minta minum pada orangtuanya, maka orangtua harus bijak. Dengan mengatakan, misalnya, boleh minum namun pada puasa hari berikutnya diingatkan semoga sementara jangan bermain bola.
Anak yang terus terperinci minta izin minum tadi, berdasarkan Anies, mengambarkan diri sebagai orang jujur. Hal itu harus diapresiasi. Padahal, kalau si anak mau minum tanpa minta izin orangtua pun sanggup dilakukan dikala itu juga. “Jika saja setiap rumah sudah menghasilkan anak jujur, ke depan, bangsa Indonesia akan jujur dimana pun bermukim. Negeri ini sanggup melahirkan orang jujur,” kata Anies lagi.
Terkait dengan dzikir nasional, ia berharap sanggup mengubah kebiasaan orang yang menyambut tahun gres dengan hura-hura, dan diganti dengan acara bernuansan Islami. (ess/ant/mkd)
Sumber : http://kemenag.go.id
Sumber http://mtsmafaljpr.blogspot.com