√ Meningkatkan Jumlah Produksi Panen Dengan Tehnik Rekayasa Fotosintesis
KABARTANI.COM – Meningkatkan Jumlah Produksi Panen
Dengan Tehnik Rekayasa Fotosintesis.
Tahukah Anda, tak hanya rekayasa genetik ternyata rekayasa fotosintesis pun
ada. Hal tersebut sanggup membantu tumbuhan lebih subur dan menghasilkan panen
lebih banyak.
Fotosintesis merupakan proses mengubah
sinar matahari menjadi makanan. Meski proses ini sangat penting dan alami,
sayangnya tidak efisien. Selain melaksanakan fotosintesis, tumbuhan juga harus
berurusan dengan proses berjulukan fotoresprasi yang secara signifikan mengurangi
hasil panen. Untuk menangani masalah tersebut, para hebat telah merancang
sebuah alternatif terkini.
Seperti dilaporkan jurnal Science,
para hebat telah membuatkan beberapa alternatif semoga tumbuhan sanggup melakukan
proses fotoresprasi yang efisien dan tidak memakan energi.
Kombinasi gen dan promotor gres telah
diuji pada 1.700 tanaman. Penelitian ini merupakan belahan dari studi
bertema Realizing Increased Photosynthetic Efficiency (RIPE),
sebuah proyek internasional untuk meningkatkan produktivitas pangan di seluruh
dunia.
Pekerjaan ini membutuhkan waktu dua
tahun untuk mereplikasi hasil, dan tim berhasil menandakan bahwa tanaman
rekayasa berhasil tumbuh lebih tinggi dan berkembang lebih cepat. Sekitar lebih
dari 40 persen biomassa diproduksi, sebagian besar ditemukan di batang tanaman
yang lebih besar.
“Kalori yang hilang akhir fotoresprasi
itu gotong royong bisa untuk memberi makan sekitar 200 juta orang setiap
tahunnya,” kata peneliti utama Donald Ort, Profesor Robert Emerson dari Plant
Science and Crop Science dalam pernyataan menyerupai dilansir IFL
Science, Jumat (4/1).
“Dengan mengembalikan sebagian kalori
akan sangat membantu memenuhi kebutuhan makan insan era 21 yang berkembang
pesat alasannya ialah pertumbuhan populasi dan maraknya diet kalori tinggi,” tambahnya.
Fotorespirasi bukanlah hal buruk, hanya
saja kurang efisien. Enzim Rubisco sangat penting untuk fotosintesis tapi mampu
menciptakan senyawa beracun bagi tanaman. Sebab itu, enzim Rubisco harus didaur
ulang melalui fotorespirasi yang menghabiskan energi.
“Proses tersebut menghabiskan energi dan
sumber daya tumbuhan yang gotong royong sanggup diinvestasikan dalam fotosintesis
agar bisa tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan cadangan kuliner lebih banyak,”
kata hebat biologi molekuler Paul South.
Mereka memperkirakan butuh sekitar satu
dekade untuk merekayasa tumbuhan pangan pokok dan menerima persetujuan. Mereka
juga sedang berupaya memastikan bahwa petani di Afrika Sub-Sahara dan Asia
Tenggara sanggup mengakses semua terobosan ini dengan mudah.
Sumber https://kabartani.com